Langsung ke konten utama

Hubungan Sosial Ekologi Menurut Joen Belarmy Foster

 

A. Pemahaman dasar tentang materialisme dan ekologi

Jean Belarmy Foster adalah seorang penulis dan aktivis lingkungan yang terkenal dengan pemikirannya tentang materialisme dan ekologi. Foster memandang bahwa ekologi harus dipahami dalam konteks materialisme, yaitu pandangan dunia yang memandang bahwa kehidupan manusia dan peradaban tergantung pada faktor material seperti lingkungan fisik dan sumber daya alam.

Menurut Foster, pemahaman materialisme dan ekologi sangat penting dalam menjelaskan hubungan antara manusia dengan lingkungannya. Manusia tidak dapat hidup tanpa lingkungan alam, dan lingkungan alam juga tidak dapat berkembang tanpa adanya manusia. Oleh karena itu, materialisme dan ekologi saling berkaitan erat dan saling mempengaruhi satu sama lain.

Foster mengajarkan bahwa materialisme dan ekologi memiliki implikasi politik yang sangat penting. Sistem kapitalis, menurutnya, tidak hanya mengeksploitasi tenaga kerja manusia tetapi juga merusak lingkungan alam. Kapitalisme, kata Foster, tidak hanya menciptakan kesenjangan sosial dan ketidakadilan ekonomi, tetapi juga menghancurkan lingkungan hidup kita.

Foster juga mengajarkan bahwa pemahaman materialisme dan ekologi memerlukan pengertian yang lebih luas tentang ketergantungan manusia pada lingkungan alam. Hal ini berarti bahwa manusia harus memperlakukan lingkungan alam dengan hati-hati dan mempertahankan sumber daya alam untuk generasi mendatang.

B. Teori kapitalisme dan krisis ekologis

Foster berargumen bahwa krisis ekologis yang sedang terjadi saat ini secara inheren terkait dengan sistem ekonomi kapitalis. Menurut Foster, kapitalisme memiliki kecenderungan untuk mengabaikan biaya lingkungan dari produksi dan konsumsi barang-barang. Hal ini disebabkan oleh adanya kepentingan profit yang menjadi tujuan utama dari kapitalisme. Sebagai akibatnya, kapitalisme secara sistematis mengabaikan dampak negatif dari pengelolaan lingkungan dan mengorbankan lingkungan untuk kepentingan profit.

Foster juga berargumen bahwa krisis ekologis adalah bagian dari krisis sistemik yang lebih besar dalam kapitalisme. Krisis sistemik ini disebabkan oleh pertumbuhan ekonomi yang tidak terbatas dan keinginan untuk memperoleh keuntungan maksimal dalam waktu yang relatif singkat. Akibatnya, kapitalisme selalu mencari sumber daya alam yang semakin langka dan berisiko untuk dieksploitasi.

Foster juga mengklaim bahwa solusi untuk krisis ekologis tidak mungkin terwujud dalam kerangka kapitalisme. Sebagai gantinya, Foster menyatakan bahwa sosialisme ekologi, yaitu sosialisme yang memasukkan kepentingan lingkungan sebagai bagian penting dari kebijakan ekonomi dan sosialnya, adalah satu-satunya cara untuk mengatasi krisis ekologis.

Menurut Foster, sosialisme ekologi merupakan konsep yang tidak terpisahkan dari revolusi sosialisme yang sejati, karena keberhasilan revolusi sosialisme akan mengubah cara kita memandang hubungan antara manusia dan alam.

C. Teori sosialisme dan ekologi

Teori sosialisme ekologi menurut Foster bertujuan untuk menciptakan keselarasan antara alam dan manusia dengan cara mengembangkan sistem sosial dan ekonomi yang lebih berkelanjutan. Ia mengkritik kapitalisme yang dianggapnya sebagai sumber utama dari krisis ekologis dan menyatakan bahwa transformasi sosialistik dari produksi dan distribusi adalah satu-satunya solusi untuk krisis tersebut. Foster memandang bahwa kapitalisme telah mengubah dunia menjadi satu unit ekonomi global yang merusak lingkungan hidup dan mengabaikan kesejahteraan manusia.

Menurut Foster, transformasi sosialistik harus mencakup perubahan mendasar dalam cara kita memproduksi, mengonsumsi, dan mendistribusikan barang dan jasa. Hal ini melibatkan pengurangan konsumsi energi dan sumber daya alam, penggunaan teknologi yang ramah lingkungan, dan redistribusi kekayaan dan sumber daya secara adil. Foster juga menekankan pentingnya partisipasi aktif masyarakat dalam menciptakan sosialisme ekologi melalui aksi politik dan gerakan sosial.

Teori sosialisme ekologi Foster juga menekankan pentingnya pendidikan dan kesadaran lingkungan bagi masyarakat. Dalam pandangannya, kesadaran lingkungan dan sosialisme ekologi tidak dapat dipisahkan dan harus menjadi bagian integral dari program sosialis.

Referensi:

  • Foster, J. B. (2000). Marx's ecology: materialism and nature. Monthly Review Press.
  • Foster, J. B. (2002). Ecology against capitalism. Monthly Review Press.
  • Foster, J. B. (2011). The ecological revolution: making peace with the planet. Monthly Review Press.
  • Foster, J. B. (2018). The return of nature: socialism and ecology. Monthly Review Press.
  • Foster, J. B., & Burkett, P. (2004). The ecology of Marxian political economy. The Socialist Register, 40(1), 21-44.
  • Foster, J. B., & Clark, B. (2004). The forsaken promise of agrarian reform. Monthly Review Press.
  • Foster, J.B. (1999). Marx's Ecology: Materialism and Nature. Monthly Review Press.
  • Foster, J.B. (2000). The Vulnerable Planet: A Short Economic History of the Environment. Monthly Review Press.
  • Foster, J.B. (2011). The Ecological Rift: Capitalism's War on the Earth. Monthly Review Press.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Filsafat Diri (Fenomena dan Nomena)

Fenomena adalah sesuatu yang sifatnya nampak dan bisa diamati. Sedangkan nomena adalah sesuatu yang tidak nampak namun bisa diamati. Fenomena itu misalnya seperti kursi, gunung, sungai dan semacamnya, sedangkan nomena seperti ilmu, sifat, pemikiran, emosi dan semacamnya.   Selain dari perwujudannya yang membedakan fenomena dan nomena adalah sisi subjektifitasnya. Fenomena hanya memiliki satu subjek saja yakni apa yang nampak, sedangkan nomena memiliki subjek yang berbeda-beda. Masing-masing orang tentu akan membunyikannya secara berbeda-beda.  Walaupun berbeda, fenomena dan nomena ini memiliki keterkaitan. Suatu fenomena jika dilihat lebih dalam dari sisi nomena maka akan menciptakan fenomena baru. Misalnya ada seorang wanita cantik dan ramah, pada awalnya mungkin kita akan mengira bahwa dia adalah orang yang baik. Tetapi ketika di telusuri dari dalam ternyata tidak seperti fenomenanya. Hal inilah yang membuat kita tertipu dan keliru, kita selalu menyimpulkan bahwa kebena...

Catatan Lapang Riset di Desa Cikeusal (Awal)

. Catatan Awal Sebuah Perjalanan di Bawah Kaki Gunung Kromong Sabtu 20 Maret 2021, pukul 12.30 saya bersama teman saya berangkat dari Pondok Pesantren Ulumuddin menuju desa yang hendak dijadikan aktifitas turun lapang, yakni desa Cikeusal. Diperjalanan tepatnya di Palimanan, kami terjebak hujan, dan memutuskan untuk meneduh di suatu warung. Pukul 13.00 di warung tersebut kita sempat berbincang-bincang sedikit dengan pemiliknya (kami lupa menanyakan namanya). Kami bertanya kepada pemilik warung rute menuju desa Cikeusal. Setelah memberitahu rute, Pemilik warung menceritakan sedikit mengenai desa Cikeusal, bahwa desa tersebut merupakan salah satu desa binaan dari pabrik Indocement, desa binaan lainnya yaitu Palimanan Barat, Cupang, Walahar, Gempol, Kedungbunder, Ciwaringin. Pada pukul 13.30 kami merasa hujan ini akan awet dan akhirnya kami memutuskan untuk berangkat menuju lokasi. Ketika menuju desa Cikeusal terlihat jalanan penuh lubang, dan banyak mobil truk pembawa batu a...

Perlukah Seorang Perempuan Memiliki Pendidikan yang Tinggi

. Dilema Perempuan antara memilih mengurus Keluarga atau Melanjutkan Pendidikan Berbicara tentang perempuan dan pendidikan, tentunya ini menjadi dua hal yang menarik untuk dibicarakan. Sejak puluhan tahun yang lalu emansipasi wanita sering disebut-sebut oleh Kartini, sehingga kemudian hal ini menjadi sesuatu yang penting oleh sebagian kalangan. Namun, pada kenyataannya, dalam banyak hal wanita masih kerap ketinggalan, seolah memiliki sejumlah rintangan untuk bisa mendapatkan sesuatu yang terbaik, salah satunya dalam bidang pendidikan. Ilustrasi (Pixabay.com) Meski sampai saat ini semua perempuan dapat mengenyam pendidikan di bangku sekolah seperti halnya pria, namun tidak sedikit juga perempuan yang enggan untuk melakukannya. Sebagian besar wanita merasa puas dengan pendidikan yang hanya menamatkan bangku SMA saja, bahkan ketika bisa menyelesaikan sarjana saja. Hanya sedikit perempuan yang punya keinginan untuk menempuh S2 dan juga S3, dan tentu saja jumlah untuk dua jenjang pendidikan...