Langsung ke konten utama

Apa itu One DImension Man

 

A. Definisi One Dimension Man

One Dimension Man adalah istilah yang diperkenalkan oleh filsuf Herbert Marcuse dalam bukunya yang berjudul "One-Dimensional Man: Studies in the Ideology of Advanced Industrial Society" pada tahun 1964. Istilah ini merujuk pada kondisi sosial di mana individu hidup dalam dunia yang dangkal dan terbatas, di mana pemikiran dan perilaku mereka terbatas pada arus utama atau apa yang disebut sebagai "pemikiran satu dimensi".

Dalam masyarakat satu dimensi, pemikiran dan perilaku individu dikendalikan oleh kepentingan komersial, di mana konsumsi menjadi tujuan utama dalam hidup. Kehidupan sosial dan politik dikooptasi oleh kekuatan besar, sehingga individu tidak dapat memperjuangkan hak-hak mereka dengan cara yang signifikan. Oleh karena itu, individu dalam masyarakat satu dimensi kehilangan kemampuan untuk berpikir secara kritis dan mandiri, serta cenderung mengikuti arus utama tanpa mempertanyakan atau meragukan asumsi yang mendasar.

Dalam kondisi ini, kebebasan individu direduksi menjadi pemenuhan kebutuhan dasar dan kepentingan komersial, sehingga mereka tidak dapat memperjuangkan kepentingan mereka sendiri. Pemikiran dan perilaku yang lebih kritis dan mandiri dianggap sebagai ancaman bagi status quo, sehingga individu yang mencoba untuk melawan pemikiran satu dimensi dapat dianggap sebagai ancaman atau bahkan dijauhi dari masyarakat.

Tentu saja, kondisi seperti ini memiliki dampak negatif pada individu dan masyarakat secara keseluruhan. Keterbatasan pemikiran individu dapat menghambat perkembangan sosial dan budaya, serta membatasi kemampuan individu untuk berinovasi dan menciptakan hal-hal baru. Oleh karena itu, sangat penting bagi individu untuk memperluas pemikiran mereka dan mencari sumber informasi yang lebih bervariasi, sehingga mereka dapat meningkatkan kemampuan berpikir kritis dan mandiri mereka.

Dalam upaya untuk menangani kondisi ini, individu harus memperkuat kemampuan mereka untuk berpikir kritis dan mandiri, serta mengembangkan pemahaman yang lebih mendalam tentang realitas yang mereka hadapi. Selain itu, individu harus memperjuangkan kebebasan berpikir dan bertindak secara mandiri, serta mendorong pengembangan masyarakat yang lebih terbuka dan demokratis.

B. Faktor-faktor penyebab One Dimension Man

One Dimension Man adalah istilah yang digunakan untuk menggambarkan masyarakat yang terjebak dalam pemikiran dangkal dan terbatas, serta tergantung pada konsumerisme. Faktor-faktor yang menyebabkan munculnya One Dimension Man berasal dari lingkungan sosial, politik, dan budaya yang ada di sekitar kita.

Salah satu faktor penyebab utama One Dimension Man adalah pengaruh media massa. Saat ini, media massa memiliki peran yang sangat besar dalam membentuk opini dan pandangan masyarakat terhadap suatu hal. Media massa seringkali menghadirkan konten-konten yang dangkal dan hanya mengedepankan kepentingan bisnis, sehingga masyarakat cenderung terfokus pada hal-hal yang bersifat konsumeris. Hal ini mengakibatkan masyarakat tidak memiliki ruang untuk berpikir kritis dan mengeksplorasi hal-hal baru.

Selain itu, faktor lain yang juga mempengaruhi One Dimension Man adalah budaya instan yang semakin mewabah. Dalam budaya ini, segala sesuatu diinginkan dengan cepat dan instan, tanpa menghiraukan proses atau pengalaman yang mendasarinya. Hal ini mengakibatkan masyarakat cenderung tidak sabar dan tidak ingin berusaha untuk memperoleh sesuatu yang diinginkannya.

Faktor lain yang juga berperan dalam munculnya One Dimension Man adalah ketergantungan terhadap teknologi. Saat ini, teknologi semakin canggih dan menghadirkan banyak kemudahan bagi kehidupan manusia. Namun, ketergantungan terhadap teknologi juga mengakibatkan masyarakat menjadi lebih pasif dan kurang berpikir secara kritis. Masyarakat cenderung mengandalkan teknologi dalam memecahkan masalah, tanpa mencari solusi yang lebih kreatif dan inovatif.

Dalam mengatasi One Dimension Man, masyarakat perlu mengembangkan kemampuan berpikir kritis dan meningkatkan pemahaman terhadap realitas. Masyarakat juga perlu mendorong kebebasan berpikir dan bertindak, serta membatasi ketergantungan terhadap teknologi dan media massa.

Referensi:

  • Kellner, D. (1995). Herbert Marcuse and the Crisis of Marxism. University of California Press.
  • Kellner, D. (1995). Media Culture: Cultural Studies, Identity, and Politics Between the Modern and the Postmodern. Routledge.
  • Lasch, C. (1991). The Culture of Narcissism: American Life in an Age of Diminishing Expectations. W. W. Norton & Company.
  • Marcuse, H. (1964). One-Dimensional Man: Studies in the Ideology of Advanced Industrial Society. Beacon Press.
  • Marcuse, H. (1991). One Dimensional Man: Studies in the Ideology of Advanced Industrial Society. Routledge.
  • Wiggershaus, R. (1995). The Frankfurt School: Its History, Theories, and Political Significance. MIT Press.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Mengenal Struktural Keorganisasian Kampus

(Dokumen Pribadi) Jika kamu adalah anak kuliah tentu pasti sudah tahu apa itu organisasi kampus. Mungkin ada sedikit perbedaan antara organisasi kampus dengan organisasi lainnya. Jelasnya organisasi kampus tentunya diisi oleh mahasiswa dan tentunya pola pikir keorganisasian dan tujaunnya berbeda dengan organisasi diluar kampus. Organisasi kampus sendiri terdiri dari dua macam, ada organisasi intra kampus kampus dan organisasi ekstra kampus. Organisasi kampus ini seberulnya hampir mirip dengan sistem kenegaraan kita seperti eksekutif, legislatif dan partai politik. Organisasi kampus ini, bisa disebut juga sebagai miniatur negara, untuk lebih jelasnya saya akan jelaskan dibawah ini:  Organisasi Intra Kampus Definisi organisasi intra kampus sendiri ada di dalam aturan Keputusan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan RI Nomor 155/U/1998 tentang Pedoman Umum Organisasi Kemahasiswaan di Perguruan Tinggi (PUOK). Secara singkatnya organisasi intra kampus ini berada di bawah naungan kampus. Orga...

Antara Alam Pikiran dan Alam Realitas

Pernahkan kamu berfikir? Ya tentunya semua orang di dunia ini melakukan segala aktifitas dengan berfikir kecuali pada saat tidur dan pingsan. Hal yang unik dari manusia adalah manusia berbeda dengan fikirannya hewan. Hewan hanya berfikir berdasarkan insting naluri berfikirnya jika ada hewa-hewan cerdas seperti lumba-lumba dan  simpanse, mereka tentunya harus dilati terlebih dahulu. Tanpa dilatih mereka hanya hewan biasa walaupun di katakan hewan cerdas pun pemikiran mereka tetap saja tidak bisa berkembang. (Pixlab.com) Manusia tentunya memiliki kelebihan dibandingkan dengan hewan lain yakni pikiran, dengan pikiran manusia bisa melakukan hal yang sulit menjadi mudah, membuat hal yang kreatif dan inovatif, berimajinasi, berlogika, mempelajari hal baru dan masih banyak yang lainnya. Sejauh ini peradaban diciptakan oleh manusia dari masa-masa, manusia mempelajari hal baru dan ilmi-ilmu baru. Berbicara tentang pemikiram ini tentunya adalah hal yang unik, karena setiap orang memiliki tin...

Buat Apa Kita Belajar

Pertanyaan ini sebetulnya adalah pertanyaan yang kurang kerjaan, tetapi memang perlu kita pikirkan bersama. Memang sudah jelas tujuan belajar adalah menjadi orang yang pintar. Tetapi menurut saya itu bukan jawaban yang tepat. mengapa itu bukan jawaban yang tepat, karena kita harus lihat dulu tujuan dari belajar itu sendiri. Jujur saya orang yang senang belajar tetapi saya kurang suka pelajaran di sekolah, karena orientasinya hanya sekedar nilai. Mungkin ini tidak sesuai dengan stigma masyarakat. (Pixabay.com) Kita tentunya harus mengubah tujuan dari belajar. Jika kita belajar rajin mengerjakan PR, rangking satu, ujian selalu baik tentunya itu adalah anak yang pintar. Padahal itu bukan orang yang pintar, tetapi dia hanya ingin dipandang baik masyarakat (sekolah) makanya harus rajin agar dipuji oleh banyak orang. Jika kamu merasa puas ketika dipuji karena rangking satu tentunya sangat puas. Tetapi puasnya hanya cukup disitu saja. Setelah ia puas maka ya sudah pelajaran yang telah lalu di...