Langsung ke konten utama

Cara Kapitalisme Mencari Keuntungan di Tengah Krisis

Kapitalisme, sebagai sistem ekonomi yang didasarkan pada kepemilikan swasta dan persaingan pasar yang bebas, seringkali menjadi topik perdebatan di tengah krisis ekonomi yang terjadi di berbagai belahan dunia. Meskipun krisis ekonomi dapat menimbulkan dampak yang merugikan bagi banyak pihak, namun kapitalisme justru sering kali mencari peluang di tengah krisis untuk memperoleh keuntungan yang lebih besar. Dalam konteks ini, penelitian tentang cara kapitalisme mencari keuntungan di tengah krisis menjadi penting untuk memahami dinamika sistem ekonomi global yang sedang terjadi. Dalam artikel ini, kami akan membahas beberapa cara bagaimana kapitalisme mencari keuntungan di tengah krisis, serta dampak dan implikasi dari tindakan tersebut.

A. Memanfaatkan krisis untuk memperoleh aset murah

Salah satu cara kapitalisme memanfaatkan krisis adalah dengan memperoleh aset murah. Pada saat krisis, banyak bisnis yang mengalami kesulitan keuangan dan sulit untuk mempertahankan bisnis mereka. Banyak di antara mereka yang terpaksa menjual aset-aset mereka dengan harga yang sangat murah hanya untuk memenuhi kebutuhan likuiditas. Di sinilah kapitalisme melihat peluang untuk membeli aset-aset tersebut dengan harga yang sangat murah, bahkan di bawah nilai sebenarnya.

Namun, cara kapitalisme memperoleh aset murah ini tidak sepenuhnya menguntungkan bagi para pemilik bisnis yang menjual asetnya. Pemilik aset akan kehilangan kesempatan untuk mengembangkan bisnis mereka dan mengejar peluang yang lebih baik. Selain itu, para karyawan yang bekerja di perusahaan tersebut juga terkena dampaknya, karena banyak dari mereka yang kehilangan pekerjaan akibat pengambilalihan bisnis oleh perusahaan kapitalis.

Kita harus menyadari bahwa kapitalisme tidaklah sempurna dan cenderung mengabaikan aspek sosial dan keadilan dalam bisnis. Oleh karena itu, ada baiknya untuk meninjau kembali sistem ekonomi yang ada dan mempertimbangkan alternatif yang lebih adil dan berkelanjutan.

Sebagai contoh, di beberapa negara seperti Jerman, terdapat kebijakan yang melindungi pemilik bisnis kecil dan menengah agar tidak terjebak dalam praktik kapitalisme yang merugikan. Selain itu, munculnya gerakan ekonomi alternatif seperti ekonomi berkelanjutan dan ekonomi sosial juga menawarkan alternatif yang lebih adil dan berkelanjutan.

Dalam kesimpulannya, cara kapitalisme memanfaatkan krisis untuk memperoleh aset murah memang dapat menguntungkan bagi kapitalis, namun hal ini juga berdampak negatif pada para pemilik bisnis dan karyawan yang terkena dampaknya. Oleh karena itu, perlu untuk meninjau kembali sistem ekonomi yang ada dan mempertimbangkan alternatif yang lebih adil dan berkelanjutan.

B. Memperluas pangsa pasar dengan menyingkirkan pesaing

Pada saat-saat krisis, perusahaan sering mencari cara untuk bertahan hidup dan tetap menguntungkan. Salah satu cara yang paling umum adalah dengan memperluas pangsa pasar mereka dengan menyingkirkan pesaing. Dalam banyak kasus, perusahaan akan mengambil tindakan agresif seperti menurunkan harga secara drastis atau bahkan menawarkan produk atau layanan secara gratis untuk mengambil pasar dari pesaing mereka. Dalam beberapa kasus, perusahaan bahkan dapat menggunakan taktik yang tidak etis seperti mengambil alih bisnis pesaing mereka atau bahkan melakukan monopoli.

Namun, meskipun tindakan seperti itu mungkin efektif dalam jangka pendek, mereka dapat berdampak negatif dalam jangka panjang. Tindakan agresif semacam itu dapat menyebabkan pesaing keluar dari bisnis, menyebabkan hilangnya lapangan kerja dan menyebabkan ketidakstabilan di pasar. Selain itu, perusahaan yang memperluas pangsa pasar mereka dengan cara yang tidak etis cenderung kehilangan dukungan publik dan konsumen.

Tentu saja, perusahaan harus mempertahankan keuntungan mereka selama krisis. Namun, ada cara-cara yang lebih etis untuk memperluas pangsa pasar dan meningkatkan keuntungan mereka. Salah satunya adalah dengan memanfaatkan inovasi dan teknologi baru untuk mengembangkan produk atau layanan yang lebih baik daripada pesaing mereka. Cara lain adalah dengan meningkatkan kualitas layanan dan dukungan pelanggan, sehingga konsumen lebih memilih produk perusahaan daripada pesaing.

Secara keseluruhan, memperluas pangsa pasar dan menyingkirkan pesaing dapat menjadi cara yang efektif bagi perusahaan untuk bertahan hidup selama krisis. Namun, perusahaan harus mempertimbangkan dampak jangka panjang dari tindakan mereka dan memilih cara-cara yang lebih etis untuk mencapai tujuan mereka.

C. Memanfaatkan krisis untuk melakukan restrukturisasi dan efisiensi bisnis

Restrukturisasi dan efisiensi bisnis adalah upaya untuk mengubah struktur dan cara bisnis beroperasi agar lebih efisien dan produktif. Biasanya, restrukturisasi dan efisiensi bisnis dilakukan untuk mengurangi biaya dan meningkatkan profitabilitas bisnis. Dalam situasi krisis, restrukturisasi dan efisiensi bisnis juga dilakukan sebagai upaya untuk bertahan hidup dan mengatasi situasi yang sulit.

Salah satu contoh kapitalisme yang sukses melakukan restrukturisasi dan efisiensi bisnis dalam situasi krisis adalah perusahaan General Electric (GE). Pada tahun 2008, GE mengalami krisis finansial yang serius akibat krisis perumahan di Amerika Serikat. Namun, GE berhasil bangkit dari krisis tersebut dengan melakukan restrukturisasi dan efisiensi bisnis yang signifikan. GE memutuskan untuk fokus pada bisnis inti yang menghasilkan keuntungan besar dan mengalihkan bisnis yang tidak menguntungkan. Selain itu, GE juga melakukan pemangkasan biaya dan peningkatan efisiensi dengan mengurangi jumlah karyawan dan mengadopsi teknologi digital.

Hasilnya, restrukturisasi dan efisiensi bisnis yang dilakukan oleh GE berhasil meningkatkan profitabilitas perusahaan. Pada tahun 2019, GE berhasil menghasilkan laba bersih sebesar $6,2 miliar, dibandingkan dengan kerugian bersih sebesar $22,8 miliar pada tahun 2008.

Namun, meskipun restrukturisasi dan efisiensi bisnis dapat membantu kapitalisme bertahan dan meraih keuntungan dalam situasi krisis, cara ini juga memiliki dampak negatif. Salah satu dampak negatifnya adalah pengurangan jumlah karyawan yang dapat mengakibatkan pengangguran dan kesulitan ekonomi bagi masyarakat. Selain itu, penggunaan teknologi digital dan mesin yang menggantikan pekerja manusia juga dapat memperburuk ketimpangan sosial dan ekonomi.

Oleh karena itu, kapitalisme harus melakukan restrukturisasi dan efisiensi bisnis dengan tetap memperhatikan dampak sosial dan ekonomi yang terjadi. Kapitalisme harus mempertimbangkan kesejahteraan karyawan dan masyarakat serta menjaga lingkungan agar tidak tercemar dalam proses restrukturisasi dan efisiensi bisnis.

D. Meningkatkan ketergantungan konsumen pada produk atau layanan

Salah satu cara yang dilakukan oleh kapitalisme adalah dengan meningkatkan ketergantungan konsumen pada produk atau layanan mereka. Meskipun terdengar menguntungkan bagi pihak kapitalis, namun cara ini memiliki dampak negatif yang besar pada konsumen dan masyarakat luas.

Meningkatkan ketergantungan konsumen pada produk atau layanan dilakukan dengan beberapa cara. Pertama, dengan mengurangi variasi produk atau layanan yang ditawarkan, sehingga konsumen hanya memiliki sedikit pilihan dan terpaksa membeli produk atau layanan yang ditawarkan. Kedua, dengan menaikkan harga produk atau layanan secara signifikan sehingga konsumen terpaksa membelinya karena tidak ada pilihan lain yang lebih murah.

Cara ini memiliki dampak negatif yang sangat besar pada konsumen dan masyarakat luas. Pertama, konsumen akan kehilangan kebebasan untuk memilih produk atau layanan yang sesuai dengan kebutuhan mereka. Kedua, konsumen akan terjebak dalam lingkaran ketergantungan yang sulit untuk dikeluarkan karena mereka tidak memiliki pilihan lain. Ketiga, cara ini akan menciptakan monopoli dan oligopoli di pasar, yang akan menghilangkan persaingan sehat dan merugikan konsumen.

Sebagai konsumen, kita harus cerdas dan kritis dalam memilih produk atau layanan yang kita beli. Kita harus memilih produk atau layanan yang sesuai dengan kebutuhan kita dan membandingkan harga dari berbagai merek atau penjual sebelum membelinya. Selain itu, kita juga harus mendukung produk atau layanan yang ramah lingkungan dan sosial.

Sebagai masyarakat, kita harus mendorong pemerintah untuk mengambil tindakan untuk mengatasi masalah ketergantungan konsumen pada produk atau layanan. Pemerintah dapat memberikan insentif dan dukungan untuk usaha kecil dan menengah untuk memperluas pasar dan memperkuat persaingan. Selain itu, pemerintah juga dapat mengatur pasar agar tidak terjadi monopoli atau oligopoli.

Kita harus bersama-sama mengatasi masalah ketergantungan konsumen pada produk atau layanan agar kita dapat mempertahankan kebebasan dan hak konsumen yang adil dan seimbang. Kita harus memperkuat persaingan dan mempromosikan produk atau layanan yang ramah lingkungan dan sosial untuk menciptakan masyarakat yang lebih baik dan berkelanjutan.

Referensi:

  • "GE's Restructuring Plan is Paying Off." Fortune. Diakses pada tanggal 8 April 2023, dari https://fortune.com/2019/01/31/ge-restructuring
  • Appelbaum, E. (2020). The end of influence: What happens when other countries have the money. The New Press.
  • Halimatussadiah, F. (2017). Kapitalisme dan Ketergantungan Konsumen: Suatu Kajian dari Perspektif Ekonomi Politik. Jurnal Manajemen & Bisnis, 14(2), 61-78.
  • Harvey, D. (2010). The enigma of capital and the crises of capitalism. Oxford: Oxford University Press.
  • Krippner, G. R. (2011). Capitalizing on crisis: The political origins of the rise of finance. Harvard University Press.
  • Krugman, P. (2012). End this depression now!. WW Norton & Company.
  • MacGregor, S. P. (2014). The economics of dependence: changing views of monopolies and cartels in the late nineteenth and early twentieth centuries. Journal of the History of Economic Thought, 36(2), 207-223.
  • Miller, R. L., & VanHoose, D. D. (2017). Modern money theory: A primer on macroeconomics for sovereign monetary systems. Routledge.
  • Nitzan, J., & Bichler, S. (2011). Capital as power: A study of order and creorder. New York: Routledge.
  • Stiglitz, J. E. (2010). Freefall: America, free markets, and the sinking of the world economy. W. W. Norton & Company.
  • Stiglitz, J. E. (2015). The Great Divide: Unequal Societies and What We Can Do About Them. WW Norton & Company.
  • Minkin, L. (2013). Capitalism and its alternatives: Varieties of anti-capitalism. London: Pluto Press.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Filsafat Diri (Fenomena dan Nomena)

Fenomena adalah sesuatu yang sifatnya nampak dan bisa diamati. Sedangkan nomena adalah sesuatu yang tidak nampak namun bisa diamati. Fenomena itu misalnya seperti kursi, gunung, sungai dan semacamnya, sedangkan nomena seperti ilmu, sifat, pemikiran, emosi dan semacamnya.   Selain dari perwujudannya yang membedakan fenomena dan nomena adalah sisi subjektifitasnya. Fenomena hanya memiliki satu subjek saja yakni apa yang nampak, sedangkan nomena memiliki subjek yang berbeda-beda. Masing-masing orang tentu akan membunyikannya secara berbeda-beda.  Walaupun berbeda, fenomena dan nomena ini memiliki keterkaitan. Suatu fenomena jika dilihat lebih dalam dari sisi nomena maka akan menciptakan fenomena baru. Misalnya ada seorang wanita cantik dan ramah, pada awalnya mungkin kita akan mengira bahwa dia adalah orang yang baik. Tetapi ketika di telusuri dari dalam ternyata tidak seperti fenomenanya. Hal inilah yang membuat kita tertipu dan keliru, kita selalu menyimpulkan bahwa kebena...

Catatan Lapang Riset di Desa Cikeusal (Awal)

. Catatan Awal Sebuah Perjalanan di Bawah Kaki Gunung Kromong Sabtu 20 Maret 2021, pukul 12.30 saya bersama teman saya berangkat dari Pondok Pesantren Ulumuddin menuju desa yang hendak dijadikan aktifitas turun lapang, yakni desa Cikeusal. Diperjalanan tepatnya di Palimanan, kami terjebak hujan, dan memutuskan untuk meneduh di suatu warung. Pukul 13.00 di warung tersebut kita sempat berbincang-bincang sedikit dengan pemiliknya (kami lupa menanyakan namanya). Kami bertanya kepada pemilik warung rute menuju desa Cikeusal. Setelah memberitahu rute, Pemilik warung menceritakan sedikit mengenai desa Cikeusal, bahwa desa tersebut merupakan salah satu desa binaan dari pabrik Indocement, desa binaan lainnya yaitu Palimanan Barat, Cupang, Walahar, Gempol, Kedungbunder, Ciwaringin. Pada pukul 13.30 kami merasa hujan ini akan awet dan akhirnya kami memutuskan untuk berangkat menuju lokasi. Ketika menuju desa Cikeusal terlihat jalanan penuh lubang, dan banyak mobil truk pembawa batu a...

Perlukah Seorang Perempuan Memiliki Pendidikan yang Tinggi

. Dilema Perempuan antara memilih mengurus Keluarga atau Melanjutkan Pendidikan Berbicara tentang perempuan dan pendidikan, tentunya ini menjadi dua hal yang menarik untuk dibicarakan. Sejak puluhan tahun yang lalu emansipasi wanita sering disebut-sebut oleh Kartini, sehingga kemudian hal ini menjadi sesuatu yang penting oleh sebagian kalangan. Namun, pada kenyataannya, dalam banyak hal wanita masih kerap ketinggalan, seolah memiliki sejumlah rintangan untuk bisa mendapatkan sesuatu yang terbaik, salah satunya dalam bidang pendidikan. Ilustrasi (Pixabay.com) Meski sampai saat ini semua perempuan dapat mengenyam pendidikan di bangku sekolah seperti halnya pria, namun tidak sedikit juga perempuan yang enggan untuk melakukannya. Sebagian besar wanita merasa puas dengan pendidikan yang hanya menamatkan bangku SMA saja, bahkan ketika bisa menyelesaikan sarjana saja. Hanya sedikit perempuan yang punya keinginan untuk menempuh S2 dan juga S3, dan tentu saja jumlah untuk dua jenjang pendidikan...