Langsung ke konten utama

Rusa dan Buaya: Sebuah Perumpamaan Hidup

 


Kisah antara rusa dan buaya mungkin terdengar sederhana: seekor buaya lapar menunggu di tepi sungai, menanti saat rusa yang tak waspada datang untuk minum. Dalam satu loncatan, rusa itu bisa saja menjadi santapan. Namun, jika rusa cukup sigap untuk menghindar, ia melanjutkan hidup, dan buaya tetap kelaparan. Apa yang terlihat seperti permainan untung dan sial ini sebenarnya lebih dalam dari sekadar siapa yang menang atau kalah.

Rusa dan buaya adalah simbol dari perjuangan hidup yang tanpa henti. Ketika rusa melangkah ke tepi sungai, ia bukan hanya sekadar mencari air, tetapi juga mempertaruhkan nyawanya. Setiap detik adalah pertaruhan. Air yang ia cari adalah kebutuhan dasar, tetapi mendapatkan itu berarti berhadapan dengan ancaman nyata. Sementara itu, di sisi lain, buaya juga bukan sekadar pemangsa yang berdiam menunggu mangsa datang. Ia adalah makhluk yang juga berjuang untuk hidup, menggantungkan kelangsungan tubuhnya pada rusa yang cukup ceroboh untuk mendekat.

Hidup sering kali seperti hubungan antara rusa dan buaya ini. Kita berjalan di tepi sungai kehidupan, menginginkan sesuatu yang mendasar—mungkin stabilitas, kenyamanan, atau kesempatan untuk bertahan. Namun, di balik setiap langkah yang kita ambil, ada bahaya yang mengintai. Dunia ini adalah tempat di mana segala sesuatu harus bertarung untuk bertahan, dan setiap kemenangan atau kekalahan adalah bagian dari dinamika itu.

Namun, cerita rusa dan buaya ini bukan hanya soal keberuntungan. Ya, mungkin rusa yang selamat dianggap beruntung, sementara buaya yang gagal menangkap mangsanya dianggap sial. Tetapi keberuntungan hanyalah sebagian kecil dari cerita ini. Dalam banyak hal, keberhasilan rusa melarikan diri adalah hasil dari kewaspadaan, kecepatan, dan insting bertahan yang terasah oleh waktu. Di sisi lain, buaya yang berhasil mendapatkan mangsa bukan hanya karena keberuntungan, tetapi juga karena kesabarannya, strateginya, dan kemampuan untuk memilih momen yang tepat.

Hidup adalah pertarungan, dan setiap makhluk memainkan perannya dalam tarian besar ini. Tidak ada yang benar-benar menang atau kalah dalam arti yang mutlak. Ketika rusa selamat, buaya kelaparan. Ketika buaya menangkap rusa, ia memperpanjang hidupnya, tetapi mengakhiri hidup makhluk lain. Kedua pihak adalah bagian dari siklus yang lebih besar, dan keduanya harus terus beradaptasi untuk bertahan dalam dunia yang penuh ketidakpastian.

Apa yang bisa kita pelajari dari kisah ini? Mungkin, bahwa hidup bukan hanya soal menang atau kalah. Bukan soal siapa yang beruntung dan siapa yang sial. Hidup adalah soal bertahan, soal mengambil keputusan dalam situasi yang tidak pasti, dan soal terus bergerak meskipun ancaman selalu ada di dekat kita.

Kita adalah rusa yang berjalan hati-hati di tepi sungai, selalu waspada terhadap bahaya. Namun, kita juga adalah buaya, berjuang untuk mendapatkan apa yang kita butuhkan dalam kehidupan yang tidak memberi jaminan apa pun. Dalam setiap langkah kita, ada pelajaran tentang keberanian, ketahanan, dan kemampuan untuk terus melangkah, apa pun yang terjadi.

Jadi, apakah hidup ini soal keberuntungan? Tidak sepenuhnya. Hidup adalah soal bagaimana kita menghadapi tantangan, bagaimana kita bertahan di tengah badai, dan bagaimana kita terus berjuang meskipun ancaman selalu mengintai. Baik rusa maupun buaya, keduanya adalah pemenang dan korban dalam siklus kehidupan ini. Dan di sinilah, mungkin, kita menemukan makna sejati dari hidup: bukan hanya tentang hasil akhirnya, tetapi tentang perjuangan yang terus kita jalani di setiap langkah perjalanan.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Mengenal Struktural Keorganisasian Kampus

(Dokumen Pribadi) Jika kamu adalah anak kuliah tentu pasti sudah tahu apa itu organisasi kampus. Mungkin ada sedikit perbedaan antara organisasi kampus dengan organisasi lainnya. Jelasnya organisasi kampus tentunya diisi oleh mahasiswa dan tentunya pola pikir keorganisasian dan tujaunnya berbeda dengan organisasi diluar kampus. Organisasi kampus sendiri terdiri dari dua macam, ada organisasi intra kampus kampus dan organisasi ekstra kampus. Organisasi kampus ini seberulnya hampir mirip dengan sistem kenegaraan kita seperti eksekutif, legislatif dan partai politik. Organisasi kampus ini, bisa disebut juga sebagai miniatur negara, untuk lebih jelasnya saya akan jelaskan dibawah ini:  Organisasi Intra Kampus Definisi organisasi intra kampus sendiri ada di dalam aturan Keputusan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan RI Nomor 155/U/1998 tentang Pedoman Umum Organisasi Kemahasiswaan di Perguruan Tinggi (PUOK). Secara singkatnya organisasi intra kampus ini berada di bawah naungan kampus. Orga...

Antara Alam Pikiran dan Alam Realitas

Pernahkan kamu berfikir? Ya tentunya semua orang di dunia ini melakukan segala aktifitas dengan berfikir kecuali pada saat tidur dan pingsan. Hal yang unik dari manusia adalah manusia berbeda dengan fikirannya hewan. Hewan hanya berfikir berdasarkan insting naluri berfikirnya jika ada hewa-hewan cerdas seperti lumba-lumba dan  simpanse, mereka tentunya harus dilati terlebih dahulu. Tanpa dilatih mereka hanya hewan biasa walaupun di katakan hewan cerdas pun pemikiran mereka tetap saja tidak bisa berkembang. (Pixlab.com) Manusia tentunya memiliki kelebihan dibandingkan dengan hewan lain yakni pikiran, dengan pikiran manusia bisa melakukan hal yang sulit menjadi mudah, membuat hal yang kreatif dan inovatif, berimajinasi, berlogika, mempelajari hal baru dan masih banyak yang lainnya. Sejauh ini peradaban diciptakan oleh manusia dari masa-masa, manusia mempelajari hal baru dan ilmi-ilmu baru. Berbicara tentang pemikiram ini tentunya adalah hal yang unik, karena setiap orang memiliki tin...

Buat Apa Kita Belajar

Pertanyaan ini sebetulnya adalah pertanyaan yang kurang kerjaan, tetapi memang perlu kita pikirkan bersama. Memang sudah jelas tujuan belajar adalah menjadi orang yang pintar. Tetapi menurut saya itu bukan jawaban yang tepat. mengapa itu bukan jawaban yang tepat, karena kita harus lihat dulu tujuan dari belajar itu sendiri. Jujur saya orang yang senang belajar tetapi saya kurang suka pelajaran di sekolah, karena orientasinya hanya sekedar nilai. Mungkin ini tidak sesuai dengan stigma masyarakat. (Pixabay.com) Kita tentunya harus mengubah tujuan dari belajar. Jika kita belajar rajin mengerjakan PR, rangking satu, ujian selalu baik tentunya itu adalah anak yang pintar. Padahal itu bukan orang yang pintar, tetapi dia hanya ingin dipandang baik masyarakat (sekolah) makanya harus rajin agar dipuji oleh banyak orang. Jika kamu merasa puas ketika dipuji karena rangking satu tentunya sangat puas. Tetapi puasnya hanya cukup disitu saja. Setelah ia puas maka ya sudah pelajaran yang telah lalu di...