Langsung ke konten utama

Menari di Atas Ketidakpastian




Ketidakpastian adalah satu-satunya hal yang pasti. Sebuah paradoks yang begitu akrab namun tak pernah benar-benar kita pahami. Kita hidup di dunia yang penuh janji-janji manis: pendidikan tinggi, harta berlimpah, cinta yang abadi, atau popularitas yang membuat nama kita terukir dalam sejarah. Namun, apa yang terjadi ketika semua itu tercapai? Ketika puncak gunung yang kita daki dengan susah payah ternyata hanya menyisakan pemandangan datar yang membosankan?

Mari kita bicara tentang mereka yang sudah sampai di sana, para penghuni puncak. Mereka yang memiliki segalanya—harta, tahta, dan cinta yang katanya akan membuat hidup menjadi sempurna. Lihatlah, mereka justru ingin turun ke lembah. Bosan, katanya. Kehilangan makna, katanya lagi. Bagaimana bisa seseorang yang memiliki segalanya ingin menjadi "biasa saja"? Bukankah itu yang kita kejar selama ini?

Ketidakpastian adalah seperti berjalan di lorong penuh pintu. Kau buka satu pintu, di baliknya hanya ada pintu lain. Begitu seterusnya. Tidak ada akhir. Tidak ada "tujuan akhir" yang menunggu dengan pelukan hangat dan berkata, "Selamat datang, inilah akhir pencarianmu." Dan itu, teman, adalah hal yang indah. Ketidakpastian adalah bahan bakar kehidupan, seperti api yang terus menyala karena tak ada habisnya kayu untuk dilemparkan.

Pikirkanlah sebuah cerita. Bukankah kita membacanya karena ingin tahu apa yang terjadi selanjutnya? Bukankah kita terpesona oleh lika-liku, plot twist, dan kejutan-kejutan yang membuat jantung kita berdegup? Apa jadinya sebuah cerita jika kita sudah tahu akhirnya? Spoiler adalah racun bagi imajinasi. Begitu juga kepastian. Kepastian membunuh rasa ingin tahu, membunuh petualangan, membunuh sensasi bahwa ada sesuatu di luar sana yang belum kita ketahui.

Aku tidak tahu apa yang aku cari di dunia ini. Dan itu adalah hal yang luar biasa. Aku tidak ingin hidup dengan cetak biru yang sudah ditentukan. Tidak ingin menjadi karakter dalam buku yang sudah ditulis habis oleh orang lain. Aku ingin menulis ceritaku sendiri, bahkan jika itu berarti aku akan sering tersesat di lorong penuh pintu itu.

Ketidakpastian adalah seni. Seni untuk terus melangkah, meski tidak tahu apa yang ada di depan. Seni untuk menerima bahwa tidak semua pertanyaan akan mendapat jawaban. Seni untuk menikmati misteri, bukan mengeluhkannya. Bukankah ketidakpastian itu yang membuat hidup ini terasa hidup?

Dan di tengah semua ini, aku menemukan satu hal yang aneh. Semakin aku mencoba untuk memahami ketidakpastian, semakin aku menikmatinya. Seperti bermain teka-teki tanpa peduli apakah aku akan menyelesaikannya atau tidak. Karena, sungguh, apa gunanya kepastian jika itu berarti kehilangan kejutan, kehilangan rasa ingin tahu, kehilangan alasan untuk terus mencari?

Jadi, jika kau bertanya apa yang aku cari, jawabannya sederhana: aku mencari apa yang belum kucari. Aku mencari hal-hal yang baru, hal-hal yang belum pernah kusentuh, kulihat, atau kupikirkan. Aku tidak mencari sesuatu yang sudah jelas di depan mata, karena di situlah kebosanan menunggu.

Ketidakpastian adalah kisah yang tak pernah selesai. Dan aku, dengan segala kebingunganku, adalah seorang penari di atas panggungnya. Kadang kakiku terantuk, kadang langkahku salah, tapi itulah keindahannya. Aku tidak tahu ke mana arah tarianku, tapi aku tahu aku akan terus menari. Karena hidup ini, teman, bukan tentang mengetahui akhirnya. Hidup ini adalah tentang menikmati setiap langkah dalam perjalanan yang penuh ketidakpastian.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Mengenal Struktural Keorganisasian Kampus

(Dokumen Pribadi) Jika kamu adalah anak kuliah tentu pasti sudah tahu apa itu organisasi kampus. Mungkin ada sedikit perbedaan antara organisasi kampus dengan organisasi lainnya. Jelasnya organisasi kampus tentunya diisi oleh mahasiswa dan tentunya pola pikir keorganisasian dan tujaunnya berbeda dengan organisasi diluar kampus. Organisasi kampus sendiri terdiri dari dua macam, ada organisasi intra kampus kampus dan organisasi ekstra kampus. Organisasi kampus ini seberulnya hampir mirip dengan sistem kenegaraan kita seperti eksekutif, legislatif dan partai politik. Organisasi kampus ini, bisa disebut juga sebagai miniatur negara, untuk lebih jelasnya saya akan jelaskan dibawah ini:  Organisasi Intra Kampus Definisi organisasi intra kampus sendiri ada di dalam aturan Keputusan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan RI Nomor 155/U/1998 tentang Pedoman Umum Organisasi Kemahasiswaan di Perguruan Tinggi (PUOK). Secara singkatnya organisasi intra kampus ini berada di bawah naungan kampus. Orga...

Antara Alam Pikiran dan Alam Realitas

Pernahkan kamu berfikir? Ya tentunya semua orang di dunia ini melakukan segala aktifitas dengan berfikir kecuali pada saat tidur dan pingsan. Hal yang unik dari manusia adalah manusia berbeda dengan fikirannya hewan. Hewan hanya berfikir berdasarkan insting naluri berfikirnya jika ada hewa-hewan cerdas seperti lumba-lumba dan  simpanse, mereka tentunya harus dilati terlebih dahulu. Tanpa dilatih mereka hanya hewan biasa walaupun di katakan hewan cerdas pun pemikiran mereka tetap saja tidak bisa berkembang. (Pixlab.com) Manusia tentunya memiliki kelebihan dibandingkan dengan hewan lain yakni pikiran, dengan pikiran manusia bisa melakukan hal yang sulit menjadi mudah, membuat hal yang kreatif dan inovatif, berimajinasi, berlogika, mempelajari hal baru dan masih banyak yang lainnya. Sejauh ini peradaban diciptakan oleh manusia dari masa-masa, manusia mempelajari hal baru dan ilmi-ilmu baru. Berbicara tentang pemikiram ini tentunya adalah hal yang unik, karena setiap orang memiliki tin...

Buat Apa Kita Belajar

Pertanyaan ini sebetulnya adalah pertanyaan yang kurang kerjaan, tetapi memang perlu kita pikirkan bersama. Memang sudah jelas tujuan belajar adalah menjadi orang yang pintar. Tetapi menurut saya itu bukan jawaban yang tepat. mengapa itu bukan jawaban yang tepat, karena kita harus lihat dulu tujuan dari belajar itu sendiri. Jujur saya orang yang senang belajar tetapi saya kurang suka pelajaran di sekolah, karena orientasinya hanya sekedar nilai. Mungkin ini tidak sesuai dengan stigma masyarakat. (Pixabay.com) Kita tentunya harus mengubah tujuan dari belajar. Jika kita belajar rajin mengerjakan PR, rangking satu, ujian selalu baik tentunya itu adalah anak yang pintar. Padahal itu bukan orang yang pintar, tetapi dia hanya ingin dipandang baik masyarakat (sekolah) makanya harus rajin agar dipuji oleh banyak orang. Jika kamu merasa puas ketika dipuji karena rangking satu tentunya sangat puas. Tetapi puasnya hanya cukup disitu saja. Setelah ia puas maka ya sudah pelajaran yang telah lalu di...