Langsung ke konten utama

Menjadi Diri Sendiri: Jauh Lebih dari Sekedar Disukai oleh Banyak Orang

Pada zaman yang serba terhubung ini, kita seringkali merasa tertekan oleh ekspektasi sosial dan tekanan untuk disukai oleh banyak orang. Terkadang, kita mungkin menganggap bahwa menjadi diri sendiri berarti harus mendapatkan persetujuan dan penerimaan dari sebanyak mungkin orang. Namun, apakah benar bahwa menjadi diri sendiri hanya bisa dicapai dengan cara ini? Apakah benar bahwa jumlah penggemar atau teman yang kita miliki adalah penentu kualitas diri kita?

Penting untuk menyadari bahwa pandangan orang tentang kita tidak selalu mencerminkan siapa kita sebenarnya. Setiap orang memiliki pandangan dan penilaian yang berbeda-beda terhadap orang lain. Seorang yang baik di mata satu orang belum tentu baik di mata yang lain. Ini karena setiap individu memiliki latar belakang, nilai, dan pengalaman yang berbeda-beda.

Ada orang yang mungkin benar-benar menghargai dan menyukai kita karena kepribadian atau tindakan kita yang baik. Namun, ada juga yang mungkin hanya memanfaatkan kebaikan kita untuk kepentingan mereka sendiri. Bahkan, ada yang mungkin akan menganggap kita sebagai sasaran untuk kegundahan mereka sendiri. Ini adalah realitas kompleks dari interaksi sosial yang harus kita hadapi.

Lebih penting daripada mencoba untuk disukai oleh banyak orang adalah menjadi diri sendiri sesuai dengan nilai-nilai dan prinsip kita sendiri. Hal ini berarti memiliki integritas dan konsistensi dalam tindakan dan perilaku kita, tanpa peduli apa yang orang lain pikirkan tentang kita. Mencoba untuk disukai oleh semua orang adalah upaya yang sia-sia karena kita tidak dapat mengendalikan pikiran dan pandangan orang lain.

Mengapa penting untuk menjadi diri sendiri tanpa peduli apakah orang lain suka atau tidak? Pertama-tama, menjadi diri sendiri adalah tentang penghormatan terhadap diri kita sendiri. Ini tentang memiliki kepercayaan diri dan harga diri yang kuat. Ketika kita berusaha untuk menyenangkan semua orang, kita seringkali mengorbankan nilai-nilai dan prinsip kita sendiri. Ini bisa mengakibatkan hilangnya identitas diri dan perasaan tidak puas terhadap diri sendiri.

Selain itu, menjadi diri sendiri adalah tentang integritas. Ini tentang menjadi orang yang tulus dan jujur, bahkan jika itu berarti menghadapi kritik atau penolakan dari orang lain. Ketika kita berusaha untuk menjadi apa yang orang lain inginkan kita menjadi, kita akan kehilangan inti dari diri kita sendiri. Dan pada akhirnya, orang akan merasakan ketidakjujuran ini.

Penting juga untuk belajar dari orang-orang yang hebat. Banyak penulis, pemikir, dan tokoh sejarah yang telah memberikan panduan tentang bagaimana menjadi pribadi yang luar biasa. Membaca buku dan belajar dari pengalaman orang-orang ini dapat memberikan wawasan berharga tentang bagaimana kita bisa menjadi versi terbaik dari diri kita sendiri.

Satu prinsip yang bisa kita ambil adalah "Jika mendengar pendapat seribu orang bodoh, lebih baik mendengarkan satu orang bijak." Ini berarti kita tidak perlu terlalu peduli dengan pendapat orang yang tidak berarti atau tidak memiliki pemahaman yang mendalam tentang diri kita. Yang lebih penting adalah mendengarkan orang yang memiliki kebijaksanaan dan pengalaman yang bisa memberikan panduan yang berharga tentang bagaimana kita bisa menjadi diri sendiri yang lebih baik.

Jadi, menjadi diri sendiri bukanlah tentang mencoba untuk disukai oleh banyak orang. Ini tentang menjadi diri kita sendiri yang sejati, tanpa kompromi terhadap nilai-nilai dan prinsip kita. Ini tentang memiliki integritas, harga diri, dan kepercayaan diri yang kuat. Dan ini adalah tentang belajar dari orang-orang yang hebat tentang bagaimana kita bisa mencapai potensi terbaik kita. Jadi, mari kita bebas dari ekspektasi sosial dan temukan kebahagiaan dalam menjadi diri sendiri yang sejati.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Filsafat Diri (Fenomena dan Nomena)

Fenomena adalah sesuatu yang sifatnya nampak dan bisa diamati. Sedangkan nomena adalah sesuatu yang tidak nampak namun bisa diamati. Fenomena itu misalnya seperti kursi, gunung, sungai dan semacamnya, sedangkan nomena seperti ilmu, sifat, pemikiran, emosi dan semacamnya.   Selain dari perwujudannya yang membedakan fenomena dan nomena adalah sisi subjektifitasnya. Fenomena hanya memiliki satu subjek saja yakni apa yang nampak, sedangkan nomena memiliki subjek yang berbeda-beda. Masing-masing orang tentu akan membunyikannya secara berbeda-beda.  Walaupun berbeda, fenomena dan nomena ini memiliki keterkaitan. Suatu fenomena jika dilihat lebih dalam dari sisi nomena maka akan menciptakan fenomena baru. Misalnya ada seorang wanita cantik dan ramah, pada awalnya mungkin kita akan mengira bahwa dia adalah orang yang baik. Tetapi ketika di telusuri dari dalam ternyata tidak seperti fenomenanya. Hal inilah yang membuat kita tertipu dan keliru, kita selalu menyimpulkan bahwa kebena...

Catatan Lapang Riset di Desa Cikeusal (Awal)

. Catatan Awal Sebuah Perjalanan di Bawah Kaki Gunung Kromong Sabtu 20 Maret 2021, pukul 12.30 saya bersama teman saya berangkat dari Pondok Pesantren Ulumuddin menuju desa yang hendak dijadikan aktifitas turun lapang, yakni desa Cikeusal. Diperjalanan tepatnya di Palimanan, kami terjebak hujan, dan memutuskan untuk meneduh di suatu warung. Pukul 13.00 di warung tersebut kita sempat berbincang-bincang sedikit dengan pemiliknya (kami lupa menanyakan namanya). Kami bertanya kepada pemilik warung rute menuju desa Cikeusal. Setelah memberitahu rute, Pemilik warung menceritakan sedikit mengenai desa Cikeusal, bahwa desa tersebut merupakan salah satu desa binaan dari pabrik Indocement, desa binaan lainnya yaitu Palimanan Barat, Cupang, Walahar, Gempol, Kedungbunder, Ciwaringin. Pada pukul 13.30 kami merasa hujan ini akan awet dan akhirnya kami memutuskan untuk berangkat menuju lokasi. Ketika menuju desa Cikeusal terlihat jalanan penuh lubang, dan banyak mobil truk pembawa batu a...

Perlukah Seorang Perempuan Memiliki Pendidikan yang Tinggi

. Dilema Perempuan antara memilih mengurus Keluarga atau Melanjutkan Pendidikan Berbicara tentang perempuan dan pendidikan, tentunya ini menjadi dua hal yang menarik untuk dibicarakan. Sejak puluhan tahun yang lalu emansipasi wanita sering disebut-sebut oleh Kartini, sehingga kemudian hal ini menjadi sesuatu yang penting oleh sebagian kalangan. Namun, pada kenyataannya, dalam banyak hal wanita masih kerap ketinggalan, seolah memiliki sejumlah rintangan untuk bisa mendapatkan sesuatu yang terbaik, salah satunya dalam bidang pendidikan. Ilustrasi (Pixabay.com) Meski sampai saat ini semua perempuan dapat mengenyam pendidikan di bangku sekolah seperti halnya pria, namun tidak sedikit juga perempuan yang enggan untuk melakukannya. Sebagian besar wanita merasa puas dengan pendidikan yang hanya menamatkan bangku SMA saja, bahkan ketika bisa menyelesaikan sarjana saja. Hanya sedikit perempuan yang punya keinginan untuk menempuh S2 dan juga S3, dan tentu saja jumlah untuk dua jenjang pendidikan...