Langsung ke konten utama

Healing Tanpa Batasan: Menemukan Keseimbangan di Tengah Kondisi Sulit

Ketika hidup membawa kita melalui badai keuangan atau cobaan yang sulit, seringkali kita cenderung mengabaikan kebutuhan diri sendiri untuk healing atau bahkan liburan. Rasanya seperti hal yang tidak masuk akal untuk memanjakan diri ketika rekening bank terlihat menyedihkan dan pikiran penuh dengan kekhawatiran finansial. Namun, dalam realitasnya, healing tidak selalu identik dengan biaya besar atau liburan mewah. Ada banyak cara untuk menemukan ketenangan dalam diri tanpa menguras kantong.

Penting untuk diingat bahwa kebahagiaan dan kesehatan mental tidak selalu tergantung pada aktivitas yang populer di media sosial atau kebiasaan orang lain. Setiap individu memiliki jalan menuju kesejahteraan mereka sendiri, dan seringkali, solusi terletak pada kesederhanaan dan keautentikan.

Pertama-tama, mari kita telusuri mengapa beberapa orang merasa bahwa healing atau liburan bukanlah prioritas saat kondisi keuangan sedang sulit. Memang, fakta bahwa uang dapat membatasi pilihan kita untuk pergi berlibur atau melakukan aktivitas mahal menjadi pertimbangan utama. Namun, perlu diingat bahwa healing tidak selalu harus melibatkan pengeluaran besar.

Healing sejati mungkin dimulai dari dalam diri kita sendiri. Salah satu cara yang efektif adalah melalui membaca. Buku-buku memiliki kekuatan untuk membawa kita ke dunia lain, memberikan perspektif baru, dan bahkan menjadi alat untuk introspeksi diri. Membaca adalah bentuk perjalanan tanpa harus meninggalkan tempat duduk, dan itu dapat menjadi pelarian yang luar biasa dari tekanan sehari-hari.

Olahraga juga merupakan cara yang efektif untuk meningkatkan kesehatan mental. Meskipun mungkin sulit untuk membayangkan pergi ke pusat kebugaran yang mahal, kegiatan olahraga sederhana seperti berjalan kaki, jogging, atau bersepeda di sekitar lingkungan sekitar bisa menjadi solusi yang terjangkau dan menyenangkan.

Hal-hal positif lainnya juga bisa diintegrasikan ke dalam rutinitas sehari-hari. Mulai dari menyaksikan matahari terbenam, bermeditasi, hingga menulis jurnal, semua ini bisa memberikan efek positif pada kesehatan mental tanpa harus mengeluarkan banyak uang. Kuncinya adalah menemukan apa yang benar-benar memberikan kebahagiaan dan ketenangan bagi diri kita sendiri.

Pentingnya menyadari bahwa setiap individu memiliki perjalanan healing yang unik juga tidak boleh diabaikan. Apa yang berhasil untuk satu orang belum tentu akan sama untuk orang lain. Oleh karena itu, penting untuk fokus pada kebutuhan dan keadaan pribadi kita saat mencari cara untuk meningkatkan kesehatan mental.

Dalam dunia yang sering kali terobsesi dengan citra dan ekspektasi sosial, penting untuk mengingat bahwa tidak ada aturan baku untuk healing atau mencapai kebahagiaan. Terkadang, langkah-langkah kecil yang diambil dalam kesederhanaan sehari-hari justru dapat memiliki dampak besar pada kesejahteraan kita.

Jadi, meskipun keuangan kita mungkin sedang tidak baik-baik saja, bukan berarti kita harus mengabaikan diri kita sendiri sepenuhnya. Healing bukanlah hak istimewa mereka yang mampu melakukan perjalanan eksotis atau menghadiri spa mewah. Healing adalah hak bagi setiap individu, dan seringkali dimulai dengan memberikan perhatian pada diri sendiri di tengah-tengah kesibukan dan tantangan kehidupan sehari-hari.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Filsafat Diri (Fenomena dan Nomena)

Fenomena adalah sesuatu yang sifatnya nampak dan bisa diamati. Sedangkan nomena adalah sesuatu yang tidak nampak namun bisa diamati. Fenomena itu misalnya seperti kursi, gunung, sungai dan semacamnya, sedangkan nomena seperti ilmu, sifat, pemikiran, emosi dan semacamnya.   Selain dari perwujudannya yang membedakan fenomena dan nomena adalah sisi subjektifitasnya. Fenomena hanya memiliki satu subjek saja yakni apa yang nampak, sedangkan nomena memiliki subjek yang berbeda-beda. Masing-masing orang tentu akan membunyikannya secara berbeda-beda.  Walaupun berbeda, fenomena dan nomena ini memiliki keterkaitan. Suatu fenomena jika dilihat lebih dalam dari sisi nomena maka akan menciptakan fenomena baru. Misalnya ada seorang wanita cantik dan ramah, pada awalnya mungkin kita akan mengira bahwa dia adalah orang yang baik. Tetapi ketika di telusuri dari dalam ternyata tidak seperti fenomenanya. Hal inilah yang membuat kita tertipu dan keliru, kita selalu menyimpulkan bahwa kebena...

Catatan Lapang Riset di Desa Cikeusal (Awal)

. Catatan Awal Sebuah Perjalanan di Bawah Kaki Gunung Kromong Sabtu 20 Maret 2021, pukul 12.30 saya bersama teman saya berangkat dari Pondok Pesantren Ulumuddin menuju desa yang hendak dijadikan aktifitas turun lapang, yakni desa Cikeusal. Diperjalanan tepatnya di Palimanan, kami terjebak hujan, dan memutuskan untuk meneduh di suatu warung. Pukul 13.00 di warung tersebut kita sempat berbincang-bincang sedikit dengan pemiliknya (kami lupa menanyakan namanya). Kami bertanya kepada pemilik warung rute menuju desa Cikeusal. Setelah memberitahu rute, Pemilik warung menceritakan sedikit mengenai desa Cikeusal, bahwa desa tersebut merupakan salah satu desa binaan dari pabrik Indocement, desa binaan lainnya yaitu Palimanan Barat, Cupang, Walahar, Gempol, Kedungbunder, Ciwaringin. Pada pukul 13.30 kami merasa hujan ini akan awet dan akhirnya kami memutuskan untuk berangkat menuju lokasi. Ketika menuju desa Cikeusal terlihat jalanan penuh lubang, dan banyak mobil truk pembawa batu a...

Perlukah Seorang Perempuan Memiliki Pendidikan yang Tinggi

. Dilema Perempuan antara memilih mengurus Keluarga atau Melanjutkan Pendidikan Berbicara tentang perempuan dan pendidikan, tentunya ini menjadi dua hal yang menarik untuk dibicarakan. Sejak puluhan tahun yang lalu emansipasi wanita sering disebut-sebut oleh Kartini, sehingga kemudian hal ini menjadi sesuatu yang penting oleh sebagian kalangan. Namun, pada kenyataannya, dalam banyak hal wanita masih kerap ketinggalan, seolah memiliki sejumlah rintangan untuk bisa mendapatkan sesuatu yang terbaik, salah satunya dalam bidang pendidikan. Ilustrasi (Pixabay.com) Meski sampai saat ini semua perempuan dapat mengenyam pendidikan di bangku sekolah seperti halnya pria, namun tidak sedikit juga perempuan yang enggan untuk melakukannya. Sebagian besar wanita merasa puas dengan pendidikan yang hanya menamatkan bangku SMA saja, bahkan ketika bisa menyelesaikan sarjana saja. Hanya sedikit perempuan yang punya keinginan untuk menempuh S2 dan juga S3, dan tentu saja jumlah untuk dua jenjang pendidikan...