Langsung ke konten utama

Menghadapi Dampak Buruk Menjadi "People Pleaser"

Sebagai manusia, kita semua ingin diterima dan dicintai oleh orang-orang di sekitar kita. Kebutuhan ini adalah bagian alami dari sifat manusia. Namun, ada perbedaan antara ingin disukai dan menjadi seorang "people pleaser" yang terlalu berusaha untuk memenuhi keinginan dan ekspektasi orang lain. Ketika kita terjebak dalam peran sebagai "people pleaser," kita mungkin berpikir bahwa kita akan menjadi lebih dicintai dan diterima, tetapi pada kenyataannya, ini seringkali berdampak negatif pada kita. Dalam artikel ini, kita akan menjelajahi bagaimana ketika kita menjadi "people pleaser," orang lain seringkali akan mengambil keuntungan dari kita.

1. Kehilangan Identitas Pribadi

Salah satu dampak paling buruk menjadi "people pleaser" adalah hilangnya identitas pribadi. Ketika kita terlalu fokus pada keinginan dan ekspektasi orang lain, kita cenderung mengabaikan diri kita sendiri. Kita mungkin tidak tahu apa yang sebenarnya kita inginkan atau bagaimana cara mengungkapkan keinginan dan kebutuhan kita sendiri. Ini dapat menyebabkan rasa kebingungan dan ketidakpastian tentang siapa kita sebenarnya.

2. Orang Lain Menyadari Kelemahan

Ketika kita terlalu suka memuaskan orang lain, orang-orang di sekitar kita mungkin mulai menyadari bahwa kita mudah ditekan. Mereka bisa saja mencoba untuk memanfaatkan situasi ini dan meminta lebih banyak hal daripada yang seharusnya. Ini bisa mencakup meminta bantuan terus-menerus tanpa memberikan apa pun sebagai balasan atau bahkan memanfaatkan kita secara emosional dengan mengharapkan dukungan dan perhatian yang berlebihan.

3. Mengalami Penyakit Stres

Berpikir bahwa kita harus selalu memenuhi harapan orang lain dapat menjadi beban yang sangat berat. Ini dapat menyebabkan tingkat stres yang tinggi karena kita selalu merasa tertekan untuk melakukan segala sesuatu dengan benar agar bisa memuaskan semua orang. Stres yang berkepanjangan dapat berdampak buruk pada kesehatan fisik dan mental kita, menyebabkan masalah seperti insomnia, kecemasan, atau depresi.

4. Merasa Ditinggalkan Ketika Orang Lain Tidak Memerlukan Kita

Ketika kita terlalu berfokus pada memenuhi keinginan orang lain, kita mungkin merasa sangat bergantung pada mereka. Namun, ada saat-saat ketika orang-orang tersebut mungkin tidak memerlukan bantuan kita atau bahkan mungkin tidak lagi ingin berhubungan dengan kita. Ketika hal ini terjadi, kita mungkin merasa ditelantarkan dan terluka karena kita telah mengorbankan begitu banyak waktu dan energi untuk memuaskan mereka.

5. Kurangnya Penghargaan dan Penghargaan yang Layak

Sebaliknya, sebagai "people pleaser," kita mungkin merasa bahwa kita seharusnya mendapatkan penghargaan dan penghargaan yang lebih besar karena semua pengorbanan yang kita lakukan untuk orang lain. Namun, seringkali, orang-orang yang kita coba puaskan tidak memberikan pengakuan yang pantas atau bahkan mungkin tidak menyadari betapa banyak kita berkorban untuk mereka. Hal ini dapat membuat kita merasa tidak dihargai dan merasa bahwa upaya kita sia-sia.

6. Terjebak dalam Lingkaran Ketidakpuasan

Paradoksnya, menjadi "people pleaser" seringkali tidak membawa kebahagiaan jangka panjang. Meskipun kita mungkin merasa senang sementara saat kita berhasil memuaskan orang lain, rasa bahagia itu seringkali bersifat sementara. Kita mungkin menemukan diri kita terjebak dalam lingkaran ketidakpuasan, terus berusaha lebih keras untuk memuaskan orang lain tanpa pernah merasa puas dengan diri sendiri.

7. Menghambat Pertumbuhan Pribadi

Akhirnya, menjadi "people pleaser" dapat menghambat pertumbuhan pribadi kita. Kita mungkin tidak memiliki waktu atau energi untuk fokus pada pengembangan diri kita sendiri karena selalu sibuk memuaskan orang lain. Ini dapat mencegah kita untuk mencapai potensi maksimal kita dalam hal karier, hubungan, dan pengembangan pribadi.

Kesimpulan

Meskipun ingin disukai dan diterima oleh orang lain adalah hal yang alami, menjadi "people pleaser" dengan terlalu berfokus pada memuaskan orang lain dapat memiliki dampak negatif yang serius pada kita. Kita mungkin kehilangan identitas pribadi, mengalami stres yang berlebihan, merasa tidak dihargai, dan bahkan terjebak dalam lingkaran ketidakpuasan. Yang lebih penting, kita mungkin tidak memiliki kesempatan untuk tumbuh dan berkembang sebagai individu. Oleh karena itu, penting untuk menemukan keseimbangan antara memuaskan orang lain dan merawat diri kita sendiri, serta memahami bahwa kita tidak selalu harus mengorbankan diri kita sendiri untuk mendapatkan pengakuan dan validasi dari orang lain.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Mengenal Struktural Keorganisasian Kampus

(Dokumen Pribadi) Jika kamu adalah anak kuliah tentu pasti sudah tahu apa itu organisasi kampus. Mungkin ada sedikit perbedaan antara organisasi kampus dengan organisasi lainnya. Jelasnya organisasi kampus tentunya diisi oleh mahasiswa dan tentunya pola pikir keorganisasian dan tujaunnya berbeda dengan organisasi diluar kampus. Organisasi kampus sendiri terdiri dari dua macam, ada organisasi intra kampus kampus dan organisasi ekstra kampus. Organisasi kampus ini seberulnya hampir mirip dengan sistem kenegaraan kita seperti eksekutif, legislatif dan partai politik. Organisasi kampus ini, bisa disebut juga sebagai miniatur negara, untuk lebih jelasnya saya akan jelaskan dibawah ini:  Organisasi Intra Kampus Definisi organisasi intra kampus sendiri ada di dalam aturan Keputusan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan RI Nomor 155/U/1998 tentang Pedoman Umum Organisasi Kemahasiswaan di Perguruan Tinggi (PUOK). Secara singkatnya organisasi intra kampus ini berada di bawah naungan kampus. Orga...

Antara Alam Pikiran dan Alam Realitas

Pernahkan kamu berfikir? Ya tentunya semua orang di dunia ini melakukan segala aktifitas dengan berfikir kecuali pada saat tidur dan pingsan. Hal yang unik dari manusia adalah manusia berbeda dengan fikirannya hewan. Hewan hanya berfikir berdasarkan insting naluri berfikirnya jika ada hewa-hewan cerdas seperti lumba-lumba dan  simpanse, mereka tentunya harus dilati terlebih dahulu. Tanpa dilatih mereka hanya hewan biasa walaupun di katakan hewan cerdas pun pemikiran mereka tetap saja tidak bisa berkembang. (Pixlab.com) Manusia tentunya memiliki kelebihan dibandingkan dengan hewan lain yakni pikiran, dengan pikiran manusia bisa melakukan hal yang sulit menjadi mudah, membuat hal yang kreatif dan inovatif, berimajinasi, berlogika, mempelajari hal baru dan masih banyak yang lainnya. Sejauh ini peradaban diciptakan oleh manusia dari masa-masa, manusia mempelajari hal baru dan ilmi-ilmu baru. Berbicara tentang pemikiram ini tentunya adalah hal yang unik, karena setiap orang memiliki tin...

Buat Apa Kita Belajar

Pertanyaan ini sebetulnya adalah pertanyaan yang kurang kerjaan, tetapi memang perlu kita pikirkan bersama. Memang sudah jelas tujuan belajar adalah menjadi orang yang pintar. Tetapi menurut saya itu bukan jawaban yang tepat. mengapa itu bukan jawaban yang tepat, karena kita harus lihat dulu tujuan dari belajar itu sendiri. Jujur saya orang yang senang belajar tetapi saya kurang suka pelajaran di sekolah, karena orientasinya hanya sekedar nilai. Mungkin ini tidak sesuai dengan stigma masyarakat. (Pixabay.com) Kita tentunya harus mengubah tujuan dari belajar. Jika kita belajar rajin mengerjakan PR, rangking satu, ujian selalu baik tentunya itu adalah anak yang pintar. Padahal itu bukan orang yang pintar, tetapi dia hanya ingin dipandang baik masyarakat (sekolah) makanya harus rajin agar dipuji oleh banyak orang. Jika kamu merasa puas ketika dipuji karena rangking satu tentunya sangat puas. Tetapi puasnya hanya cukup disitu saja. Setelah ia puas maka ya sudah pelajaran yang telah lalu di...