Langsung ke konten utama

Para Penjilat di Partai Politik

Dinamika politik saat ini memang menghadirkan gambaran yang rumit dan membingungkan. Pemandangan politik tidak lagi bisa disederhanakan menjadi pertarungan ideologi atau kebijakan, melainkan menjadi panggung permainan kekuasaan yang kompleks. Kita seringkali merasa kebingungan, terjebak dalam kabut samar yang sulit ditembus. Di tengah gemuruh pertarungan politik, sulit untuk membedakan antara yang benar dan yang salah, karena seringkali batasnya kabur dan tersembunyi di balik kepentingan pribadi.

Sebuah partai politik, sejatinya merupakan wadah untuk merepresentasikan suara rakyat, namun kini terlihat seperti pertarungan kepentingan pribadi. Organisasi politik yang seharusnya mengemban tugas untuk kepentingan bersama, terkadang menjadi ajang pertarungan kekuasaan antarindividu yang ingin mengisi kursi jabatan demi keuntungan pribadi. Ini membuat kita bertanya-tanya, apakah mereka benar-benar mewakili aspirasi rakyat atau hanya mencari celah untuk memperkaya diri sendiri?

Dalam dunia politik saat ini, kita seringkali menemui para "penjilat" yang berusaha keras untuk mendapatkan tempat di puncak kekuasaan. Mereka mungkin terlihat tulus mendukung partai politiknya, namun sejatinya, motivasi utama mereka adalah keuntungan pribadi. Mereka pandai berbicara dan menyembunyikan ambisi mereka di balik kata-kata manis, namun pada akhirnya, tujuan mereka adalah duduk di kursi jabatan untuk memperoleh keuntungan materiil.

Ketidakpedulian terhadap kesejahteraan masyarakat menjadi nyata ketika para penjilat ini lebih memprioritaskan kepentingan pribadi daripada kepentingan bersama. Mereka mungkin merayu dengan janji-janji manis selama kampanye, tetapi setelah menduduki jabatan, fokus mereka lebih kepada bagaimana memenuhi kantong pribadi daripada memajukan kesejahteraan rakyat.

Yang lebih membingungkan adalah ketidakjelasan struktur organisasi di dalam partai politik. Para pemain kunci seringkali memiliki hubungan yang rumit dan sulit dipahami, membuat sulit bagi kita untuk mengidentifikasi siapa yang sebenarnya memiliki kendali di balik layar. Kita tidak hanya perlu memahami partai politik sebagai entitas besar, tetapi juga perlu melihat secara mendalam pada individu-individu yang bermain di dalamnya.

Dalam menghadapi dinamika politik yang kompleks ini, sebagai masyarakat, kita dituntut untuk lebih kritis dan waspada. Kita perlu memahami bahwa politik tidak hanya soal partai atau ideologi, tetapi juga tentang individu-individu yang memegang peran kunci. Keterbukaan dan transparansi dalam politik menjadi sangat penting agar kita tidak terus menerus terjebak dalam kebingungan dan kabut samar yang melingkupi panggung politik saat ini.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Filsafat Diri (Fenomena dan Nomena)

Fenomena adalah sesuatu yang sifatnya nampak dan bisa diamati. Sedangkan nomena adalah sesuatu yang tidak nampak namun bisa diamati. Fenomena itu misalnya seperti kursi, gunung, sungai dan semacamnya, sedangkan nomena seperti ilmu, sifat, pemikiran, emosi dan semacamnya.   Selain dari perwujudannya yang membedakan fenomena dan nomena adalah sisi subjektifitasnya. Fenomena hanya memiliki satu subjek saja yakni apa yang nampak, sedangkan nomena memiliki subjek yang berbeda-beda. Masing-masing orang tentu akan membunyikannya secara berbeda-beda.  Walaupun berbeda, fenomena dan nomena ini memiliki keterkaitan. Suatu fenomena jika dilihat lebih dalam dari sisi nomena maka akan menciptakan fenomena baru. Misalnya ada seorang wanita cantik dan ramah, pada awalnya mungkin kita akan mengira bahwa dia adalah orang yang baik. Tetapi ketika di telusuri dari dalam ternyata tidak seperti fenomenanya. Hal inilah yang membuat kita tertipu dan keliru, kita selalu menyimpulkan bahwa kebena...

Catatan Lapang Riset di Desa Cikeusal (Awal)

. Catatan Awal Sebuah Perjalanan di Bawah Kaki Gunung Kromong Sabtu 20 Maret 2021, pukul 12.30 saya bersama teman saya berangkat dari Pondok Pesantren Ulumuddin menuju desa yang hendak dijadikan aktifitas turun lapang, yakni desa Cikeusal. Diperjalanan tepatnya di Palimanan, kami terjebak hujan, dan memutuskan untuk meneduh di suatu warung. Pukul 13.00 di warung tersebut kita sempat berbincang-bincang sedikit dengan pemiliknya (kami lupa menanyakan namanya). Kami bertanya kepada pemilik warung rute menuju desa Cikeusal. Setelah memberitahu rute, Pemilik warung menceritakan sedikit mengenai desa Cikeusal, bahwa desa tersebut merupakan salah satu desa binaan dari pabrik Indocement, desa binaan lainnya yaitu Palimanan Barat, Cupang, Walahar, Gempol, Kedungbunder, Ciwaringin. Pada pukul 13.30 kami merasa hujan ini akan awet dan akhirnya kami memutuskan untuk berangkat menuju lokasi. Ketika menuju desa Cikeusal terlihat jalanan penuh lubang, dan banyak mobil truk pembawa batu a...

Perlukah Seorang Perempuan Memiliki Pendidikan yang Tinggi

. Dilema Perempuan antara memilih mengurus Keluarga atau Melanjutkan Pendidikan Berbicara tentang perempuan dan pendidikan, tentunya ini menjadi dua hal yang menarik untuk dibicarakan. Sejak puluhan tahun yang lalu emansipasi wanita sering disebut-sebut oleh Kartini, sehingga kemudian hal ini menjadi sesuatu yang penting oleh sebagian kalangan. Namun, pada kenyataannya, dalam banyak hal wanita masih kerap ketinggalan, seolah memiliki sejumlah rintangan untuk bisa mendapatkan sesuatu yang terbaik, salah satunya dalam bidang pendidikan. Ilustrasi (Pixabay.com) Meski sampai saat ini semua perempuan dapat mengenyam pendidikan di bangku sekolah seperti halnya pria, namun tidak sedikit juga perempuan yang enggan untuk melakukannya. Sebagian besar wanita merasa puas dengan pendidikan yang hanya menamatkan bangku SMA saja, bahkan ketika bisa menyelesaikan sarjana saja. Hanya sedikit perempuan yang punya keinginan untuk menempuh S2 dan juga S3, dan tentu saja jumlah untuk dua jenjang pendidikan...