Langsung ke konten utama

Mengikuti Jejak Teknologi: Antara Kemajuan dan Kehilangan Realitas

Semakin kita merambah ke era teknologi, semakin jauh pula kita terdorong dari realitas sebenarnya. Sepertinya kita telah terbiasa mengikuti arus tanpa bertanya dari mana asalnya atau bagaimana proses terjadinya. Mobil yang kita kendarai setiap hari, smartphone pintar yang melekat di tangan kita, bahkan makanan yang kita nikmati, semuanya telah menjadi bagian dari kehidupan kita tanpa kita tahu banyak tentang asal-usulnya.

Pertama-tama, mari kita lihat perkembangan teknologi di sektor otomotif. Mobil yang begitu nyaman dan canggih saat ini mungkin membuat kita lupa bahwa di balik kemewahan tersebut, ada proses panjang dari perancangan, produksi, hingga distribusi. Kita terbiasa melihat mobil sebagai alat transportasi tanpa memikirkan desain inovatif yang melibatkan tim insinyur, desainer, dan pekerja pabrik. Kita hanya melihat hasil akhirnya tanpa menyadari upaya besar yang dikeluarkan untuk menciptakannya.

Hal yang sama berlaku untuk perangkat pintar, seperti smartphone. Saat kita mengetuk layar sentuh untuk membuka aplikasi atau mengirim pesan, jarang sekali kita berpikir tentang kompleksitas teknologi di baliknya. Bagaimana proses pembuatan chip, pengembangan sistem operasi, dan integrasi berbagai teknologi menjadi satu kesatuan yang dapat kita genggam dalam genggaman tangan. Kita terperangkap dalam penggunaan sehari-hari tanpa memahami esensi dari kemajuan teknologi yang begitu pesat.

Makanan, yang menjadi kebutuhan pokok kita, juga tak luput dari keterasingan ini. Makanan siap saji yang kita nikmati tanpa banyak pertanyaan tentang bahan-bahannya, asal-usulnya, atau bagaimana prosesnya dari ladang hingga meja makan kita. Mungkin kita tidak lagi menghargai proses pertanian dan rantai pasokan yang panjang, yang pada akhirnya bisa mempengaruhi pola makan dan kesehatan kita.

Di tengah kemajuan teknologi ini, kita juga dihadapkan pada banjir informasi yang terkadang tidak relevan atau bahkan palsu. Media sosial, sebagai sumber utama informasi bagi banyak orang, sering kali memainkan peran besar dalam membentuk pandangan kita terhadap dunia. Setiap hari kita disajikan dengan berita yang mungkin tidak memiliki dampak signifikan terhadap kehidupan kita, namun secara tidak langsung memengaruhi pandangan dan persepsi kita.

Media sosial juga memiliki kekuatan untuk memutarbalikkan fakta dan menciptakan realitas yang terdistorsi. Kita terjebak dalam dunia maya yang seringkali tidak mencerminkan kehidupan nyata. Apa yang kita lihat di layar ponsel atau komputer bisa saja menjadi kenyataan yang sangat berbeda jika kita melihatnya dari sudut pandang yang lebih luas.

Sebagai individu yang hidup di era ini, penting untuk menyadari bahwa kita perlu kembali ke akar dan menggali lebih dalam tentang dunia di sekitar kita. Kita harus bertanya dari mana asalnya, bagaimana proses terjadinya, dan apa dampaknya pada kehidupan kita. Dalam mengonsumsi informasi, kita perlu lebih kritis dan selektif. Jangan terjebak dalam aliran informasi tanpa mempertanyakan kebenaran atau relevansinya.

Kembali ke realitas sebenarnya bukan berarti menolak kemajuan teknologi. Sebaliknya, kita dapat memanfaatkan teknologi dengan lebih bijak dan menyadari bahwa di balik kecanggihannya, ada dunia nyata yang perlu kita pahami dan hargai. Dengan cara ini, kita dapat menjaga keseimbangan antara kemajuan teknologi dan kehidupan nyata, tanpa kehilangan jejak akan realitas yang sebenarnya.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Filsafat Diri (Fenomena dan Nomena)

Fenomena adalah sesuatu yang sifatnya nampak dan bisa diamati. Sedangkan nomena adalah sesuatu yang tidak nampak namun bisa diamati. Fenomena itu misalnya seperti kursi, gunung, sungai dan semacamnya, sedangkan nomena seperti ilmu, sifat, pemikiran, emosi dan semacamnya.   Selain dari perwujudannya yang membedakan fenomena dan nomena adalah sisi subjektifitasnya. Fenomena hanya memiliki satu subjek saja yakni apa yang nampak, sedangkan nomena memiliki subjek yang berbeda-beda. Masing-masing orang tentu akan membunyikannya secara berbeda-beda.  Walaupun berbeda, fenomena dan nomena ini memiliki keterkaitan. Suatu fenomena jika dilihat lebih dalam dari sisi nomena maka akan menciptakan fenomena baru. Misalnya ada seorang wanita cantik dan ramah, pada awalnya mungkin kita akan mengira bahwa dia adalah orang yang baik. Tetapi ketika di telusuri dari dalam ternyata tidak seperti fenomenanya. Hal inilah yang membuat kita tertipu dan keliru, kita selalu menyimpulkan bahwa kebena...

Catatan Lapang Riset di Desa Cikeusal (Awal)

. Catatan Awal Sebuah Perjalanan di Bawah Kaki Gunung Kromong Sabtu 20 Maret 2021, pukul 12.30 saya bersama teman saya berangkat dari Pondok Pesantren Ulumuddin menuju desa yang hendak dijadikan aktifitas turun lapang, yakni desa Cikeusal. Diperjalanan tepatnya di Palimanan, kami terjebak hujan, dan memutuskan untuk meneduh di suatu warung. Pukul 13.00 di warung tersebut kita sempat berbincang-bincang sedikit dengan pemiliknya (kami lupa menanyakan namanya). Kami bertanya kepada pemilik warung rute menuju desa Cikeusal. Setelah memberitahu rute, Pemilik warung menceritakan sedikit mengenai desa Cikeusal, bahwa desa tersebut merupakan salah satu desa binaan dari pabrik Indocement, desa binaan lainnya yaitu Palimanan Barat, Cupang, Walahar, Gempol, Kedungbunder, Ciwaringin. Pada pukul 13.30 kami merasa hujan ini akan awet dan akhirnya kami memutuskan untuk berangkat menuju lokasi. Ketika menuju desa Cikeusal terlihat jalanan penuh lubang, dan banyak mobil truk pembawa batu a...

Perlukah Seorang Perempuan Memiliki Pendidikan yang Tinggi

. Dilema Perempuan antara memilih mengurus Keluarga atau Melanjutkan Pendidikan Berbicara tentang perempuan dan pendidikan, tentunya ini menjadi dua hal yang menarik untuk dibicarakan. Sejak puluhan tahun yang lalu emansipasi wanita sering disebut-sebut oleh Kartini, sehingga kemudian hal ini menjadi sesuatu yang penting oleh sebagian kalangan. Namun, pada kenyataannya, dalam banyak hal wanita masih kerap ketinggalan, seolah memiliki sejumlah rintangan untuk bisa mendapatkan sesuatu yang terbaik, salah satunya dalam bidang pendidikan. Ilustrasi (Pixabay.com) Meski sampai saat ini semua perempuan dapat mengenyam pendidikan di bangku sekolah seperti halnya pria, namun tidak sedikit juga perempuan yang enggan untuk melakukannya. Sebagian besar wanita merasa puas dengan pendidikan yang hanya menamatkan bangku SMA saja, bahkan ketika bisa menyelesaikan sarjana saja. Hanya sedikit perempuan yang punya keinginan untuk menempuh S2 dan juga S3, dan tentu saja jumlah untuk dua jenjang pendidikan...