Di tengah hiruk-pikuk dunia yang semakin mirip pasar loak moral, di mana keburukan dijual bebas dengan diskon "beli satu, dapat sepuluh", kita semua diam-diam ingin menjadi pahlawan super. Bukan yang terbang mengangkasa atau menghentikan peluru dengan gigi, melainkan pahlawan yang bisa mengubah penjahat jadi suci hanya dengan sekali scroll Instagram sambil minum kopi instan. Sayangnya, realitas tak semanis fantasi: kita cuma manusia biasa yang kadang lupa menyiram tanaman di pot, apalagi menyirami jiwa-jiwa yang kerontang di sekeliling. Lagi pula, buat apa repot-repot menasehati orang jahat jika mereka hanya akan membalas dengan, "Ngomong doang loe, gue juga bisa!" sambil memamerkan koleksi dosa mereka yang lebih panjang dari daftar hutang negara? Memang, menjadi pahlawan di zaman now itu ibarat mencoba memadamkan kebakaran hutan dengan semprotan wajah. Semua orang tahu masalahnya ada di mana-mana, tapi kita lebih memilih zoom meeting untuk membahas "strategi...