Langsung ke konten utama

War Mindset: Jejak Evolusi Manusia dalam Persaingan Hidup

War mindset, atau pola pikir perang, adalah konsep yang melibatkan persepsi hidup sebagai sebuah persaingan yang tidak kenal ampun, di mana hanya yang kuat yang dapat bertahan dan yang lemah akan tersingkir. Ini bukan hanya pandangan terisolasi, tetapi mencerminkan suatu tahap evolusi awal, terutama di masa-masa perang, di mana manusia berperang untuk memperebutkan sumber daya alam dan mempertahankan kehidupan mereka.

Dalam pandangan war mindset, kehidupan dianggap sebagai medan pertempuran di mana setiap individu harus bersaing untuk mendapatkan sumber daya yang terbatas. Konsep ini terkadang dapat ditemukan dalam berbagai aspek kehidupan manusia, mulai dari persaingan ekonomi, hingga persaingan ilmu pengetahuan, dan bahkan dalam dinamika hubungan sosial.

Salah satu akar dari war mindset dapat ditemukan dalam sejarah manusia, terutama pada masa perang di mana sumber daya alam menjadi taruhan utama. Saat itu, manusia bersaing untuk memastikan kelangsungan hidup mereka dengan memperebutkan lahan, air, dan sumber daya alam lainnya. Pada masa itu, perang dianggap sebagai sarana utama untuk mempertahankan hak hidup.

Meskipun kita telah beranjak dari masa perang seperti dulu, war mindset tetap ada dalam bentuk yang berbeda. Saat ini, persaingan lebih terfokus pada aspek ekonomi, keilmuan, dan kekuasaan. Keinginan untuk mencapai keuntungan, baik dalam bentuk materi maupun kekuasaan, masih menjadi dorongan utama di balik pola pikir ini.

Dalam konteks ekonomi, war mindset tercermin dalam persaingan bisnis yang ketat, di mana perusahaan bersaing untuk mendominasi pasar dan merampas pangsa pasar dari pesaingnya. Ini dapat menghasilkan inovasi dan kemajuan, tetapi juga dapat menciptakan lingkungan di mana keuntungan ekonomi diutamakan di atas keberlanjutan dan kesejahteraan bersama.

Di bidang ilmu pengetahuan, war mindset dapat terlihat dalam perlombaan penemuan dan inovasi, di mana negara atau individu bersaing untuk unggul dalam bidang tertentu. Meskipun hal ini dapat membawa kemajuan dalam pengetahuan manusia, namun juga menunjukkan bagaimana persaingan dapat mengarah pada ketidaksetaraan dalam akses dan pemanfaatan ilmu pengetahuan.

War mindset juga dapat muncul dalam hubungan sosial, di mana manusia cenderung mencari "musuh" atau menciptakan kelompok tertentu sebagai lawan. Ini dapat menyebabkan konflik antar kelompok dan bahkan konflik antar bangsa jika tidak diatasi dengan bijak.

Meskipun war mindset telah mengalami evolusi dan berubah bentuk seiring waktu, intinya tetap ada. Penting bagi kita untuk merenung tentang dampaknya terhadap masyarakat dan lingkungan. Mungkin saatnya untuk menggeser fokus dari persaingan tanpa henti menuju kerjasama, keberlanjutan, dan keadilan. Hanya dengan menciptakan dunia yang lebih adil dan berkelanjutan, kita dapat mencapai kesejahteraan bersama tanpa harus terus-menerus hidup dalam bayang-bayang war mindset.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Filsafat Diri (Fenomena dan Nomena)

Fenomena adalah sesuatu yang sifatnya nampak dan bisa diamati. Sedangkan nomena adalah sesuatu yang tidak nampak namun bisa diamati. Fenomena itu misalnya seperti kursi, gunung, sungai dan semacamnya, sedangkan nomena seperti ilmu, sifat, pemikiran, emosi dan semacamnya.   Selain dari perwujudannya yang membedakan fenomena dan nomena adalah sisi subjektifitasnya. Fenomena hanya memiliki satu subjek saja yakni apa yang nampak, sedangkan nomena memiliki subjek yang berbeda-beda. Masing-masing orang tentu akan membunyikannya secara berbeda-beda.  Walaupun berbeda, fenomena dan nomena ini memiliki keterkaitan. Suatu fenomena jika dilihat lebih dalam dari sisi nomena maka akan menciptakan fenomena baru. Misalnya ada seorang wanita cantik dan ramah, pada awalnya mungkin kita akan mengira bahwa dia adalah orang yang baik. Tetapi ketika di telusuri dari dalam ternyata tidak seperti fenomenanya. Hal inilah yang membuat kita tertipu dan keliru, kita selalu menyimpulkan bahwa kebena...

Catatan Lapang Riset di Desa Cikeusal (Awal)

. Catatan Awal Sebuah Perjalanan di Bawah Kaki Gunung Kromong Sabtu 20 Maret 2021, pukul 12.30 saya bersama teman saya berangkat dari Pondok Pesantren Ulumuddin menuju desa yang hendak dijadikan aktifitas turun lapang, yakni desa Cikeusal. Diperjalanan tepatnya di Palimanan, kami terjebak hujan, dan memutuskan untuk meneduh di suatu warung. Pukul 13.00 di warung tersebut kita sempat berbincang-bincang sedikit dengan pemiliknya (kami lupa menanyakan namanya). Kami bertanya kepada pemilik warung rute menuju desa Cikeusal. Setelah memberitahu rute, Pemilik warung menceritakan sedikit mengenai desa Cikeusal, bahwa desa tersebut merupakan salah satu desa binaan dari pabrik Indocement, desa binaan lainnya yaitu Palimanan Barat, Cupang, Walahar, Gempol, Kedungbunder, Ciwaringin. Pada pukul 13.30 kami merasa hujan ini akan awet dan akhirnya kami memutuskan untuk berangkat menuju lokasi. Ketika menuju desa Cikeusal terlihat jalanan penuh lubang, dan banyak mobil truk pembawa batu a...

Perlukah Seorang Perempuan Memiliki Pendidikan yang Tinggi

. Dilema Perempuan antara memilih mengurus Keluarga atau Melanjutkan Pendidikan Berbicara tentang perempuan dan pendidikan, tentunya ini menjadi dua hal yang menarik untuk dibicarakan. Sejak puluhan tahun yang lalu emansipasi wanita sering disebut-sebut oleh Kartini, sehingga kemudian hal ini menjadi sesuatu yang penting oleh sebagian kalangan. Namun, pada kenyataannya, dalam banyak hal wanita masih kerap ketinggalan, seolah memiliki sejumlah rintangan untuk bisa mendapatkan sesuatu yang terbaik, salah satunya dalam bidang pendidikan. Ilustrasi (Pixabay.com) Meski sampai saat ini semua perempuan dapat mengenyam pendidikan di bangku sekolah seperti halnya pria, namun tidak sedikit juga perempuan yang enggan untuk melakukannya. Sebagian besar wanita merasa puas dengan pendidikan yang hanya menamatkan bangku SMA saja, bahkan ketika bisa menyelesaikan sarjana saja. Hanya sedikit perempuan yang punya keinginan untuk menempuh S2 dan juga S3, dan tentu saja jumlah untuk dua jenjang pendidikan...