Langsung ke konten utama

Imajinasi: Keajaiban yang Terpinggirkan dalam Perjalanan Dewasa

Imajinasi, sebuah dunia di mana batas antara realitas dan khayalan menjadi samar. Bagi anak-anak, imajinasi adalah teman setia yang mengantarkan mereka ke petualangan tak terbatas, memungkinkan mereka merasakan keindahan dunia yang belum mereka ketahui. Namun, pertanyaan muncul: Apakah imajinasi lebih melimpah pada mereka yang memiliki banyak ilmu pengetahuan, atau justru sebaliknya, pada mereka yang kurang berpengetahuan?

Melihat ke dunia anak-anak, kita seringkali mengamati kecenderungan mereka untuk mengimajinasikan hal-hal yang belum mereka ketahui sebagai kenyataan. Ini mungkin disebabkan oleh rasa ingin tahu yang besar dan kegembiraan dalam mengeksplorasi dunia sekitar. Anak-anak memiliki kemampuan untuk melihat keajaiban dalam setiap hal, karena mereka belum terikat oleh batasan-batasan pengetahuan yang ada.

Namun, paradoksnya terjadi ketika kita beranjak dewasa. Seiring bertambahnya usia, banyak dari kita cenderung kehilangan kemampuan untuk bermimpi dan berimajinasi dengan bebas. Apakah ini disebabkan oleh bertambahnya ilmu pengetahuan atau justru oleh kelelahan menelan realitas yang kadangkala pahit?

Ilmu pengetahuan memberikan pemahaman yang lebih mendalam tentang dunia di sekitar kita. Meski demikian, pengetahuan tersebut kadang-kadang dapat menjadi penghambat terhadap imajinasi. Ketika kita mengetahui fakta-fakta yang ada, sulit untuk melepaskan diri dan membayangkan dunia yang berbeda. Orang dewasa sering kali dihadapkan pada tanggung jawab dan tuntutan hidup yang membuat mereka terlalu terikat pada realitas, sehingga imajinasi dianggap sebagai kegilaan atau sesuatu yang tidak relevan.

Padahal, imajinasi memiliki peran yang sangat penting, terutama dalam kehidupan dewasa. Imajinasi adalah kunci untuk membuka pintu kesuksesan. Ketika kita berani membayangkan hal-hal yang belum terjadi, kita menciptakan visi masa depan yang dapat menjadi pendorong untuk meraih tujuan. Imajinasi memungkinkan kita melihat potensi yang tersembunyi dalam setiap tantangan.

Orang dewasa yang membatasi imajinasinya pada batasan-batasan yang ada mungkin secara tidak langsung membatasi diri mereka untuk meraih kesuksesan. Imajinasi adalah daya penggerak yang dapat membantu kita mengatasi rintangan, menemukan solusi kreatif, dan menjelajahi potensi diri yang belum terungkap.

Sebagai anak-anak, kita diajarkan untuk bermimpi besar dan mengikuti imajinasi kita. Namun, sayangnya, seiring berjalannya waktu, seringkali kita lupa akan keajaiban imajinasi tersebut. Mungkin saatnya kita mengintegrasikan kembali imajinasi ke dalam kehidupan dewasa kita. Kita dapat menciptakan ruang bagi imajinasi tanpa harus mengorbankan pengetahuan yang kita miliki. Sebaliknya, kita bisa menggabungkan keduanya untuk menciptakan visi yang lebih kaya dan bermakna.

Kesuksesan tidak hanya tentang mengejar kenyataan yang ada, tetapi juga tentang memimpikan kenyataan yang ingin kita capai. Imajinasi adalah kunci untuk membuka pintu-pintu baru dan menciptakan masa depan yang lebih baik. Jadi, biarkan imajinasi kita terus tumbuh, bahkan seiring bertambahnya ilmu pengetahuan, karena di dalamnya terdapat keajaiban yang tak terbatas.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Filsafat Diri (Fenomena dan Nomena)

Fenomena adalah sesuatu yang sifatnya nampak dan bisa diamati. Sedangkan nomena adalah sesuatu yang tidak nampak namun bisa diamati. Fenomena itu misalnya seperti kursi, gunung, sungai dan semacamnya, sedangkan nomena seperti ilmu, sifat, pemikiran, emosi dan semacamnya.   Selain dari perwujudannya yang membedakan fenomena dan nomena adalah sisi subjektifitasnya. Fenomena hanya memiliki satu subjek saja yakni apa yang nampak, sedangkan nomena memiliki subjek yang berbeda-beda. Masing-masing orang tentu akan membunyikannya secara berbeda-beda.  Walaupun berbeda, fenomena dan nomena ini memiliki keterkaitan. Suatu fenomena jika dilihat lebih dalam dari sisi nomena maka akan menciptakan fenomena baru. Misalnya ada seorang wanita cantik dan ramah, pada awalnya mungkin kita akan mengira bahwa dia adalah orang yang baik. Tetapi ketika di telusuri dari dalam ternyata tidak seperti fenomenanya. Hal inilah yang membuat kita tertipu dan keliru, kita selalu menyimpulkan bahwa kebena...

Catatan Lapang Riset di Desa Cikeusal (Awal)

. Catatan Awal Sebuah Perjalanan di Bawah Kaki Gunung Kromong Sabtu 20 Maret 2021, pukul 12.30 saya bersama teman saya berangkat dari Pondok Pesantren Ulumuddin menuju desa yang hendak dijadikan aktifitas turun lapang, yakni desa Cikeusal. Diperjalanan tepatnya di Palimanan, kami terjebak hujan, dan memutuskan untuk meneduh di suatu warung. Pukul 13.00 di warung tersebut kita sempat berbincang-bincang sedikit dengan pemiliknya (kami lupa menanyakan namanya). Kami bertanya kepada pemilik warung rute menuju desa Cikeusal. Setelah memberitahu rute, Pemilik warung menceritakan sedikit mengenai desa Cikeusal, bahwa desa tersebut merupakan salah satu desa binaan dari pabrik Indocement, desa binaan lainnya yaitu Palimanan Barat, Cupang, Walahar, Gempol, Kedungbunder, Ciwaringin. Pada pukul 13.30 kami merasa hujan ini akan awet dan akhirnya kami memutuskan untuk berangkat menuju lokasi. Ketika menuju desa Cikeusal terlihat jalanan penuh lubang, dan banyak mobil truk pembawa batu a...

Perlukah Seorang Perempuan Memiliki Pendidikan yang Tinggi

. Dilema Perempuan antara memilih mengurus Keluarga atau Melanjutkan Pendidikan Berbicara tentang perempuan dan pendidikan, tentunya ini menjadi dua hal yang menarik untuk dibicarakan. Sejak puluhan tahun yang lalu emansipasi wanita sering disebut-sebut oleh Kartini, sehingga kemudian hal ini menjadi sesuatu yang penting oleh sebagian kalangan. Namun, pada kenyataannya, dalam banyak hal wanita masih kerap ketinggalan, seolah memiliki sejumlah rintangan untuk bisa mendapatkan sesuatu yang terbaik, salah satunya dalam bidang pendidikan. Ilustrasi (Pixabay.com) Meski sampai saat ini semua perempuan dapat mengenyam pendidikan di bangku sekolah seperti halnya pria, namun tidak sedikit juga perempuan yang enggan untuk melakukannya. Sebagian besar wanita merasa puas dengan pendidikan yang hanya menamatkan bangku SMA saja, bahkan ketika bisa menyelesaikan sarjana saja. Hanya sedikit perempuan yang punya keinginan untuk menempuh S2 dan juga S3, dan tentu saja jumlah untuk dua jenjang pendidikan...