Langsung ke konten utama

Pertautan Terputus: Manusia dan Alam dalam Era Teknologi Modern

Dalam era modern ini, keterhubungan manusia dengan alam mengalami perubahan yang signifikan. Jika dahulu masyarakat hidup berdampingan dengan alam dan pekerjaan mereka erat kaitannya dengan lingkungan sekitar, kini kita melihat tren yang menunjukkan bahwa semakin banyak pekerjaan yang terputus hubungannya dengan alam. Seiring dengan kemajuan teknologi, manusia semakin terfokus pada hubungan dengan mesin dan kecerdasan buatan, menggeser prioritas terhadap keterlibatan dengan alam.

Dulu, masyarakat bergantung pada aktivitas yang berhubungan langsung dengan alam, seperti pertanian, berburu, dan kerajinan tangan. Namun, seiring dengan revolusi industri dan perkembangan teknologi, pergeseran besar-besaran terjadi. Banyak pekerjaan yang sekarang lebih terfokus pada sektor industri, teknologi, dan jasa, menjauhkan manusia dari kehidupan yang lebih terikat dengan siklus alam.

Saat ini, kebanyakan orang tidak lagi memiliki pengetahuan yang mendalam tentang asal-usul makanan yang mereka konsumsi atau dari mana asal air minum yang mereka minum. Industri pangan dan penyediaan air telah mengambil alih proses ini, menyebabkan minimnya kesadaran akan sumber daya alam yang digunakan dalam kehidupan sehari-hari. Manusia lebih cenderung memandang alam sebagai sesuatu yang terpisah, bukan lagi bagian integral dari keberlangsungan hidup mereka.

Energi, yang dulu didapatkan dari sumber daya alam seperti kayu atau tenaga manusia dan hewan, kini diproduksi secara massal melalui industri seperti listrik dan bahan bakar fosil. Ketergantungan pada teknologi dan industri menyebabkan manusia semakin terputus dari proses alami dan sumber daya alam yang digunakan untuk memenuhi kebutuhan energi mereka.

Penting untuk diakui bahwa sementara kemajuan teknologi memberikan kenyamanan dan efisiensi dalam kehidupan sehari-hari, hal ini juga membawa dampak pada keterhubungan manusia dengan alam. Kecerdasan buatan, kendaraan bertenaga mesin, dan berbagai inovasi lainnya menciptakan metabolisme baru di antara manusia dan lingkungan sekitar mereka.

Dalam proses ini, manusia mulai kehilangan sebagian pengetahuannya tentang alam dan cara hidup berkelanjutan. Kecerdasan buatan yang semakin canggih dapat membantu manusia dalam berbagai aspek, namun di sisi lain, juga dapat mengurangi kebutuhan akan daya pikir dan kreativitas manusia sendiri.

Perputaran metabolik yang semula terjadi dalam kehidupan manusia bersama alam sekarang semakin diarahkan pada hubungan manusia dengan teknologi. Kendaraan bertenaga mesin menggantikan langkah kaki, dan produksi massal mengubah cara makanan dan barang konsumsi diproduksi.

Namun, melalui semua ini, kita perlu bertanya pada diri sendiri apakah keterputusan ini membawa dampak positif atau negatif. Meskipun teknologi membawa kemudahan, tetapi juga menimbulkan risiko terhadap lingkungan. Seiring waktu, akan muncul pertanyaan apakah manusia dapat mempertahankan keseimbangan antara keterlibatan dengan teknologi dan tetap menjaga kelestarian alam.

Seiring evolusi terus berlanjut, bisa jadi suatu hari manusia tidak lagi tergantung pada sumber daya alam seperti sekarang. Namun, pertanyaan etis dan dampak jangka panjang terhadap keseimbangan ekosistem tetap menjadi tantangan yang perlu diatasi. Masyarakat di masa depan harus mencari cara untuk membangun hubungan yang seimbang antara manusia, teknologi, dan alam untuk mencapai keberlanjutan dan kesejahteraan bersama.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Filsafat Diri (Fenomena dan Nomena)

Fenomena adalah sesuatu yang sifatnya nampak dan bisa diamati. Sedangkan nomena adalah sesuatu yang tidak nampak namun bisa diamati. Fenomena itu misalnya seperti kursi, gunung, sungai dan semacamnya, sedangkan nomena seperti ilmu, sifat, pemikiran, emosi dan semacamnya.   Selain dari perwujudannya yang membedakan fenomena dan nomena adalah sisi subjektifitasnya. Fenomena hanya memiliki satu subjek saja yakni apa yang nampak, sedangkan nomena memiliki subjek yang berbeda-beda. Masing-masing orang tentu akan membunyikannya secara berbeda-beda.  Walaupun berbeda, fenomena dan nomena ini memiliki keterkaitan. Suatu fenomena jika dilihat lebih dalam dari sisi nomena maka akan menciptakan fenomena baru. Misalnya ada seorang wanita cantik dan ramah, pada awalnya mungkin kita akan mengira bahwa dia adalah orang yang baik. Tetapi ketika di telusuri dari dalam ternyata tidak seperti fenomenanya. Hal inilah yang membuat kita tertipu dan keliru, kita selalu menyimpulkan bahwa kebena...

Catatan Lapang Riset di Desa Cikeusal (Awal)

. Catatan Awal Sebuah Perjalanan di Bawah Kaki Gunung Kromong Sabtu 20 Maret 2021, pukul 12.30 saya bersama teman saya berangkat dari Pondok Pesantren Ulumuddin menuju desa yang hendak dijadikan aktifitas turun lapang, yakni desa Cikeusal. Diperjalanan tepatnya di Palimanan, kami terjebak hujan, dan memutuskan untuk meneduh di suatu warung. Pukul 13.00 di warung tersebut kita sempat berbincang-bincang sedikit dengan pemiliknya (kami lupa menanyakan namanya). Kami bertanya kepada pemilik warung rute menuju desa Cikeusal. Setelah memberitahu rute, Pemilik warung menceritakan sedikit mengenai desa Cikeusal, bahwa desa tersebut merupakan salah satu desa binaan dari pabrik Indocement, desa binaan lainnya yaitu Palimanan Barat, Cupang, Walahar, Gempol, Kedungbunder, Ciwaringin. Pada pukul 13.30 kami merasa hujan ini akan awet dan akhirnya kami memutuskan untuk berangkat menuju lokasi. Ketika menuju desa Cikeusal terlihat jalanan penuh lubang, dan banyak mobil truk pembawa batu a...

Perlukah Seorang Perempuan Memiliki Pendidikan yang Tinggi

. Dilema Perempuan antara memilih mengurus Keluarga atau Melanjutkan Pendidikan Berbicara tentang perempuan dan pendidikan, tentunya ini menjadi dua hal yang menarik untuk dibicarakan. Sejak puluhan tahun yang lalu emansipasi wanita sering disebut-sebut oleh Kartini, sehingga kemudian hal ini menjadi sesuatu yang penting oleh sebagian kalangan. Namun, pada kenyataannya, dalam banyak hal wanita masih kerap ketinggalan, seolah memiliki sejumlah rintangan untuk bisa mendapatkan sesuatu yang terbaik, salah satunya dalam bidang pendidikan. Ilustrasi (Pixabay.com) Meski sampai saat ini semua perempuan dapat mengenyam pendidikan di bangku sekolah seperti halnya pria, namun tidak sedikit juga perempuan yang enggan untuk melakukannya. Sebagian besar wanita merasa puas dengan pendidikan yang hanya menamatkan bangku SMA saja, bahkan ketika bisa menyelesaikan sarjana saja. Hanya sedikit perempuan yang punya keinginan untuk menempuh S2 dan juga S3, dan tentu saja jumlah untuk dua jenjang pendidikan...