Langsung ke konten utama

Ketika Manusia Membenarkan Kebiasaan: Membiasakan yang Tidak Selalu Benar

Dalam kehidupan sehari-hari, manusia sering kali cenderung membenarkan kebiasaan yang mereka lakukan, meskipun tidak selalu sesuai dengan nilai atau etika yang benar. Fenomena ini menggambarkan bagaimana kebiasaan dapat menjadi kekuatan yang mempengaruhi persepsi kita terhadap kenyataan dan membuat kita cenderung membenarkan tindakan yang mungkin seharusnya tidak kita lakukan. Artikel ini akan membahas tentang ketika manusia membenarkan kebiasaan, dan bagaimana hal ini dapat memengaruhi cara kita melihat dunia.

1. Kebiasaan sebagai Pengikat Identitas:

   Kebiasaan dapat menjadi bagian integral dari identitas seseorang. Manusia cenderung membentuk rutinitas yang memberikan kenyamanan dan kestabilan dalam kehidupan sehari-hari. Namun, ketika kebiasaan tersebut tidak sejalan dengan nilai-nilai yang benar atau etika yang dianut, manusia cenderung untuk membenarkan tindakan tersebut agar tetap konsisten dengan gambaran diri mereka.

2. Pertahanan Diri terhadap Kritik:

   Kadang-kadang, manusia akan membenarkan kebiasaan mereka sebagai bentuk pertahanan diri terhadap kritik dari orang lain. Meskipun mungkin menyadari bahwa kebiasaan tersebut tidak sepenuhnya benar atau sehat, tetapi rasa ego membuat mereka enggan untuk mengakui kesalahan atau mengubah perilaku mereka. Ini dapat menciptakan sikap defensif dan menutup diri terhadap saran konstruktif.

3. Peran Lingkungan Sosial:

   Lingkungan sosial juga memainkan peran penting dalam membentuk cara manusia memandang kebiasaan mereka. Jika suatu kebiasaan mendapat dukungan dari lingkungan sekitar, manusia cenderung untuk membenarkannya lebih lanjut. Terkadang, budaya atau norma sosial dapat memainkan peran besar dalam membentuk persepsi manusia terhadap apa yang dianggap sebagai benar atau sesuai.

4. Efek Psikologis Kebiasaan:

   Kebiasaan memiliki efek psikologis yang kuat, terutama jika sudah menjadi bagian dari rutinitas sehari-hari. Manusia mungkin secara tidak sadar mencari pembenaran atau rasionalisasi untuk melanjutkan kebiasaan tersebut, bahkan jika dalam hati nurani mereka tahu bahwa itu tidak selalu benar. Mekanisme pertahanan psikologis ini dapat menjadi penghalang untuk melihat kebiasaan dengan kritis.

5. Pentingnya Refleksi dan Introspeksi:

Untuk mengatasi kecenderungan membenarkan kebiasaan yang mungkin tidak benar, penting untuk melibatkan diri dalam refleksi dan introspeksi secara teratur. Manusia perlu mengajukan pertanyaan kritis kepada diri sendiri, mengukur apakah kebiasaan yang dijalani sesuai dengan nilai-nilai yang dipegang teguh ataukah perlu adanya perubahan.

6. Memecah Siklus dan Mengadopsi Perubahan:

Mengakui bahwa membenarkan kebiasaan tidak selalu membiasakan yang benar adalah langkah pertama menuju perubahan positif. Manusia perlu bersedia untuk memecah siklus kebiasaan yang merugikan dan bersedia untuk mengadopsi perubahan yang lebih sesuai dengan nilai-nilai yang dianggap benar.

Dalam kesimpulannya, manusia sering kali terjerat dalam kebiasaan yang memerlukan upaya ekstra untuk menghadapinya secara objektif. Penting untuk mengenali bahwa tidak semua kebiasaan yang kita lakukan selalu benar, dan kadang-kadang memerlukan refleksi mendalam untuk memastikan bahwa kita tidak terlalu membenarkan sesuatu hanya karena sudah menjadi bagian dari kehidupan sehari-hari. Melalui introspeksi yang jujur dan kritis, manusia dapat membuka diri terhadap perubahan positif dan mengubah kebiasaan yang tidak sesuai dengan nilai-nilai yang dipegang teguh.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Mengenal Struktural Keorganisasian Kampus

(Dokumen Pribadi) Jika kamu adalah anak kuliah tentu pasti sudah tahu apa itu organisasi kampus. Mungkin ada sedikit perbedaan antara organisasi kampus dengan organisasi lainnya. Jelasnya organisasi kampus tentunya diisi oleh mahasiswa dan tentunya pola pikir keorganisasian dan tujaunnya berbeda dengan organisasi diluar kampus. Organisasi kampus sendiri terdiri dari dua macam, ada organisasi intra kampus kampus dan organisasi ekstra kampus. Organisasi kampus ini seberulnya hampir mirip dengan sistem kenegaraan kita seperti eksekutif, legislatif dan partai politik. Organisasi kampus ini, bisa disebut juga sebagai miniatur negara, untuk lebih jelasnya saya akan jelaskan dibawah ini:  Organisasi Intra Kampus Definisi organisasi intra kampus sendiri ada di dalam aturan Keputusan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan RI Nomor 155/U/1998 tentang Pedoman Umum Organisasi Kemahasiswaan di Perguruan Tinggi (PUOK). Secara singkatnya organisasi intra kampus ini berada di bawah naungan kampus. Orga...

Antara Alam Pikiran dan Alam Realitas

Pernahkan kamu berfikir? Ya tentunya semua orang di dunia ini melakukan segala aktifitas dengan berfikir kecuali pada saat tidur dan pingsan. Hal yang unik dari manusia adalah manusia berbeda dengan fikirannya hewan. Hewan hanya berfikir berdasarkan insting naluri berfikirnya jika ada hewa-hewan cerdas seperti lumba-lumba dan  simpanse, mereka tentunya harus dilati terlebih dahulu. Tanpa dilatih mereka hanya hewan biasa walaupun di katakan hewan cerdas pun pemikiran mereka tetap saja tidak bisa berkembang. (Pixlab.com) Manusia tentunya memiliki kelebihan dibandingkan dengan hewan lain yakni pikiran, dengan pikiran manusia bisa melakukan hal yang sulit menjadi mudah, membuat hal yang kreatif dan inovatif, berimajinasi, berlogika, mempelajari hal baru dan masih banyak yang lainnya. Sejauh ini peradaban diciptakan oleh manusia dari masa-masa, manusia mempelajari hal baru dan ilmi-ilmu baru. Berbicara tentang pemikiram ini tentunya adalah hal yang unik, karena setiap orang memiliki tin...

Buat Apa Kita Belajar

Pertanyaan ini sebetulnya adalah pertanyaan yang kurang kerjaan, tetapi memang perlu kita pikirkan bersama. Memang sudah jelas tujuan belajar adalah menjadi orang yang pintar. Tetapi menurut saya itu bukan jawaban yang tepat. mengapa itu bukan jawaban yang tepat, karena kita harus lihat dulu tujuan dari belajar itu sendiri. Jujur saya orang yang senang belajar tetapi saya kurang suka pelajaran di sekolah, karena orientasinya hanya sekedar nilai. Mungkin ini tidak sesuai dengan stigma masyarakat. (Pixabay.com) Kita tentunya harus mengubah tujuan dari belajar. Jika kita belajar rajin mengerjakan PR, rangking satu, ujian selalu baik tentunya itu adalah anak yang pintar. Padahal itu bukan orang yang pintar, tetapi dia hanya ingin dipandang baik masyarakat (sekolah) makanya harus rajin agar dipuji oleh banyak orang. Jika kamu merasa puas ketika dipuji karena rangking satu tentunya sangat puas. Tetapi puasnya hanya cukup disitu saja. Setelah ia puas maka ya sudah pelajaran yang telah lalu di...