Langsung ke konten utama

Refleksi Pahit: Menantang Mitos Pendidikan yang Tidak Berguna

Pendidikan, sebuah perjalanan panjang yang selalu dianggap sebagai fondasi bagi masa depan seseorang. Namun, tidak dapat dipungkiri bahwa ada pandangan bahwa pendidikan saat ini dianggap tidak memberikan jaminan kesuksesan. Kritik terhadap sistem pendidikan muncul dengan keras, menyebutnya sebagai investasi yang tidak menghasilkan, bahkan dianggap sebagai mitos belaka. Namun, apakah benar pendidikan tidak berguna, ataukah ini hanya pandangan yang terdistorsi?

Pertama-tama, kita harus menyadari bahwa pandangan bahwa pendidikan tidak berguna dapat muncul dari berbagai faktor, mulai dari ketidakpuasan terhadap kurikulum, hingga harapan yang terlalu tinggi terhadap apa yang seharusnya pendidikan berikan. Mungkin kita pernah merasa kecewa ketika melihat lulusan perguruan tinggi yang menganggur atau tidak bekerja sesuai dengan jurusan yang diambil. Hal ini dapat menciptakan pemikiran bahwa investasi dalam pendidikan tidak sebanding dengan hasil yang diperoleh.

Namun, sejauh mana pandangan ini dapat dianggap sebagai kebenaran mutlak? Bukankah keberhasilan seseorang juga dipengaruhi oleh faktor-faktor lain, seperti ketekunan, keterampilan interpersonal, dan bahkan faktor keberuntungan? Pendidikan seharusnya tidak hanya diukur dari hasil akhirnya, tetapi juga dari perjalanan dan pembelajaran yang dialami selama proses itu sendiri.

Penting untuk memahami bahwa pendidikan bukanlah jawaban pasti untuk semua masalah, tetapi ia memberikan landasan yang kokoh untuk mengembangkan kemampuan dan pemahaman kita terhadap dunia. Pendidikan memungkinkan kita untuk memiliki perspektif yang lebih luas, memahami berbagai disiplin ilmu, dan membentuk karakter yang tangguh.

Seringkali, ketidakpuasan terhadap pendidikan muncul karena harapan yang tidak realistis. Jika tujuan utama pendidikan dianggap hanya untuk mendapatkan pekerjaan impian, mungkin kita perlu merenung kembali tujuan sejati dari pendidikan. Pendidikan seharusnya menjadi alat untuk mempersiapkan kita menghadapi tantangan kehidupan, membentuk kepribadian, dan membangun fondasi moral.

Tentu saja, kritik terhadap pendidikan juga dapat muncul dari ketidaksesuaian antara kurikulum dengan tuntutan dunia kerja. Ini menjadi panggilan untuk penyelarasan antara dunia pendidikan dan industri agar lulusan dapat lebih mudah beradaptasi dengan kebutuhan pasar kerja.

Namun, penting untuk tidak terjebak dalam pandangan bahwa sekolah itu tidak berguna hanya karena beberapa kekecewaan. Kita perlu bertanya pada diri sendiri, apakah kegagalan tersebut benar-benar disebabkan oleh pendidikan itu sendiri atau ada faktor lain yang mungkin tidak terpikirkan.

Dalam menghadapi pandangan bahwa pendidikan tidak berguna, kita perlu menyadari bahwa pendidikan adalah sebuah perjalanan, bukan tujuan akhir. Penting untuk melihat pendidikan sebagai sarana untuk membuka pintu kesempatan, bukan sebagai jawaban mutlak untuk mencapai sukses. Oleh karena itu, kita perlu berpikir lebih bijak tentang harapan dan ekspektasi terhadap pendidikan.

Kesimpulannya, menganggap pendidikan sebagai sesuatu yang tidak berguna adalah sebuah pandangan yang terlalu menyederhanakan kompleksitas peran pendidikan dalam membentuk manusia. Seharusnya, kita tidak hanya melihat hasil akhirnya, tetapi juga proses pembelajaran dan perkembangan pribadi yang diperoleh melalui pendidikan. Dengan sikap yang benar dan penyesuaian terhadap harapan yang realistis, pendidikan tetap menjadi landasan yang berharga dalam membangun masa depan kita.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Filsafat Diri (Fenomena dan Nomena)

Fenomena adalah sesuatu yang sifatnya nampak dan bisa diamati. Sedangkan nomena adalah sesuatu yang tidak nampak namun bisa diamati. Fenomena itu misalnya seperti kursi, gunung, sungai dan semacamnya, sedangkan nomena seperti ilmu, sifat, pemikiran, emosi dan semacamnya.   Selain dari perwujudannya yang membedakan fenomena dan nomena adalah sisi subjektifitasnya. Fenomena hanya memiliki satu subjek saja yakni apa yang nampak, sedangkan nomena memiliki subjek yang berbeda-beda. Masing-masing orang tentu akan membunyikannya secara berbeda-beda.  Walaupun berbeda, fenomena dan nomena ini memiliki keterkaitan. Suatu fenomena jika dilihat lebih dalam dari sisi nomena maka akan menciptakan fenomena baru. Misalnya ada seorang wanita cantik dan ramah, pada awalnya mungkin kita akan mengira bahwa dia adalah orang yang baik. Tetapi ketika di telusuri dari dalam ternyata tidak seperti fenomenanya. Hal inilah yang membuat kita tertipu dan keliru, kita selalu menyimpulkan bahwa kebena...

Catatan Lapang Riset di Desa Cikeusal (Awal)

. Catatan Awal Sebuah Perjalanan di Bawah Kaki Gunung Kromong Sabtu 20 Maret 2021, pukul 12.30 saya bersama teman saya berangkat dari Pondok Pesantren Ulumuddin menuju desa yang hendak dijadikan aktifitas turun lapang, yakni desa Cikeusal. Diperjalanan tepatnya di Palimanan, kami terjebak hujan, dan memutuskan untuk meneduh di suatu warung. Pukul 13.00 di warung tersebut kita sempat berbincang-bincang sedikit dengan pemiliknya (kami lupa menanyakan namanya). Kami bertanya kepada pemilik warung rute menuju desa Cikeusal. Setelah memberitahu rute, Pemilik warung menceritakan sedikit mengenai desa Cikeusal, bahwa desa tersebut merupakan salah satu desa binaan dari pabrik Indocement, desa binaan lainnya yaitu Palimanan Barat, Cupang, Walahar, Gempol, Kedungbunder, Ciwaringin. Pada pukul 13.30 kami merasa hujan ini akan awet dan akhirnya kami memutuskan untuk berangkat menuju lokasi. Ketika menuju desa Cikeusal terlihat jalanan penuh lubang, dan banyak mobil truk pembawa batu a...

Perlukah Seorang Perempuan Memiliki Pendidikan yang Tinggi

. Dilema Perempuan antara memilih mengurus Keluarga atau Melanjutkan Pendidikan Berbicara tentang perempuan dan pendidikan, tentunya ini menjadi dua hal yang menarik untuk dibicarakan. Sejak puluhan tahun yang lalu emansipasi wanita sering disebut-sebut oleh Kartini, sehingga kemudian hal ini menjadi sesuatu yang penting oleh sebagian kalangan. Namun, pada kenyataannya, dalam banyak hal wanita masih kerap ketinggalan, seolah memiliki sejumlah rintangan untuk bisa mendapatkan sesuatu yang terbaik, salah satunya dalam bidang pendidikan. Ilustrasi (Pixabay.com) Meski sampai saat ini semua perempuan dapat mengenyam pendidikan di bangku sekolah seperti halnya pria, namun tidak sedikit juga perempuan yang enggan untuk melakukannya. Sebagian besar wanita merasa puas dengan pendidikan yang hanya menamatkan bangku SMA saja, bahkan ketika bisa menyelesaikan sarjana saja. Hanya sedikit perempuan yang punya keinginan untuk menempuh S2 dan juga S3, dan tentu saja jumlah untuk dua jenjang pendidikan...