Langsung ke konten utama

Modus di Balik Agenda Kesetaraan Gender: Memanfaatkan Wanita sebagai Buruh Upah Murah

Pertempuran untuk kesetaraan gender adalah salah satu perjuangan yang menjadi sorotan dalam beberapa dekade terakhir. Upaya besar telah dilakukan untuk mengatasi kesenjangan gender dalam berbagai bidang, seperti pendidikan, karir, dan partisipasi politik. Namun, di balik agenda kesetaraan gender yang mulia ini, terdapat modus terselubung yang memanfaatkan wanita sebagai buruh upah murah. Dalam artikel ini, kita akan menjelajahi fenomena ini dan menyoroti pentingnya mengatasi eksploitasi gender dalam perjuangan untuk kesetaraan.

Agenda kesetaraan gender berfokus pada penghapusan diskriminasi dan perlakuan tidak adil terhadap wanita di berbagai aspek kehidupan. Upaya ini melibatkan pemberdayaan wanita, peningkatan kesadaran tentang isu-isu gender, dan penegakan hukum yang adil. Namun, di balik retorika dan tujuan mulia ini, ada pihak-pihak yang melihat kesempatan untuk memanfaatkan wanita sebagai sumber tenaga kerja murah.

Salah satu modus yang sering digunakan adalah eksploitasi wanita dalam industri yang didominasi oleh upah rendah. Wanita sering kali menjadi target karena dianggap lebih "mudah diatur" dan menerima upah yang lebih rendah dibandingkan dengan rekan pria mereka. Mereka seringkali bekerja dalam sektor informal, seperti pekerja rumah tangga, penjahit, atau pekerja di sektor jasa seperti pelayan atau buruh pabrik. Dalam posisi ini, mereka sering kali menghadapi kondisi kerja yang buruk, jam kerja yang panjang, dan tidak adanya perlindungan sosial atau keamanan kerja.

Selain itu, wanita sering kali menjadi korban perdagangan manusia. Perdagangan manusia adalah praktik yang melibatkan pemindahan orang melalui ancaman, paksaan, atau penipuan untuk tujuan eksploitasi seksual atau kerja paksa. Banyak wanita, terutama di negara-negara yang rentan, menjadi target perdagangan manusia. Mereka dipaksa untuk bekerja di industri seks komersial, pekerjaan rumah tangga yang memeras, atau bentuk pekerjaan lainnya yang memaksa mereka hidup dalam kondisi yang tidak manusiawi.

Pada tingkat global, perusahaan-perusahaan besar sering kali memanfaatkan modus ini untuk mendapatkan keuntungan. Mereka memindahkan produksi mereka ke negara-negara dengan upah murah dan regulasi yang lemah, dan sering kali wanita adalah buruh yang paling terdampak. Dalam upaya mereka untuk meningkatkan laba, mereka mengabaikan hak-hak pekerja dan memberikan upah yang tidak mencukupi untuk memenuhi kebutuhan dasar. Perusahaan-perusahaan ini menggunakan latar belakang kesetaraan gender sebagai bentuk "greenwashing" atau pencitraan yang menggambarkan diri mereka sebagai pendukung kesetaraan gender, tetapi pada kenyataannya mereka tidak berupaya untuk memastikan kondisi kerja yang adil dan layak bagi semua pekerja.

Penting bagi kita untuk tidak mengecilkan pentingnya kesetaraan gender dan perjuangan yang telah dilakukan untuk mencapainya. Namun, kita juga perlu menyadari modus yang ada di balik agenda kesetaraan ini. Langkah-langkah harus diambil untuk melindungi hak-hak pekerja dan mengatasi eksploitasi gender. Hal ini dapat dilakukan melalui penegakan hukum yang ketat, pengawasan terhadap perusahaan yang memanfaatkan tenaga kerja murah, dan peningkatan kesadaran masyarakat tentang hak-hak pekerja. Selain itu, perusahaan juga perlu bertanggung jawab secara sosial, memastikan bahwa praktik mereka sejalan dengan nilai-nilai kesetaraan gender yang mereka dukung.

Penting juga bagi perempuan untuk mendapatkan pendidikan yang berkualitas dan pelatihan yang memungkinkan mereka untuk bersaing di pasar kerja. Peningkatan kesadaran tentang hak-hak mereka dan akses terhadap organisasi-organisasi yang memperjuangkan hak-hak pekerja juga penting. Hanya dengan meningkatkan kesadaran dan mengambil tindakan konkret, kita dapat melawan modus di balik agenda kesetaraan gender dan mencapai tujuan yang sebenarnya.

Dalam kesimpulannya, agenda kesetaraan gender adalah perjuangan yang penting untuk mencapai masyarakat yang adil dan inklusif. Namun, kita juga harus sadar akan modus yang memanfaatkan wanita sebagai buruh upah murah. Eksploitasi ini mengancam hak-hak pekerja dan mengabaikan prinsip-prinsip kesetaraan gender. Penting bagi kita semua untuk berperan aktif dalam menghentikan praktik ini, melalui tindakan pribadi dan dukungan terhadap upaya-upaya yang bertujuan untuk menciptakan lingkungan kerja yang adil dan setara bagi semua.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Filsafat Diri (Fenomena dan Nomena)

Fenomena adalah sesuatu yang sifatnya nampak dan bisa diamati. Sedangkan nomena adalah sesuatu yang tidak nampak namun bisa diamati. Fenomena itu misalnya seperti kursi, gunung, sungai dan semacamnya, sedangkan nomena seperti ilmu, sifat, pemikiran, emosi dan semacamnya.   Selain dari perwujudannya yang membedakan fenomena dan nomena adalah sisi subjektifitasnya. Fenomena hanya memiliki satu subjek saja yakni apa yang nampak, sedangkan nomena memiliki subjek yang berbeda-beda. Masing-masing orang tentu akan membunyikannya secara berbeda-beda.  Walaupun berbeda, fenomena dan nomena ini memiliki keterkaitan. Suatu fenomena jika dilihat lebih dalam dari sisi nomena maka akan menciptakan fenomena baru. Misalnya ada seorang wanita cantik dan ramah, pada awalnya mungkin kita akan mengira bahwa dia adalah orang yang baik. Tetapi ketika di telusuri dari dalam ternyata tidak seperti fenomenanya. Hal inilah yang membuat kita tertipu dan keliru, kita selalu menyimpulkan bahwa kebena...

Catatan Lapang Riset di Desa Cikeusal (Awal)

. Catatan Awal Sebuah Perjalanan di Bawah Kaki Gunung Kromong Sabtu 20 Maret 2021, pukul 12.30 saya bersama teman saya berangkat dari Pondok Pesantren Ulumuddin menuju desa yang hendak dijadikan aktifitas turun lapang, yakni desa Cikeusal. Diperjalanan tepatnya di Palimanan, kami terjebak hujan, dan memutuskan untuk meneduh di suatu warung. Pukul 13.00 di warung tersebut kita sempat berbincang-bincang sedikit dengan pemiliknya (kami lupa menanyakan namanya). Kami bertanya kepada pemilik warung rute menuju desa Cikeusal. Setelah memberitahu rute, Pemilik warung menceritakan sedikit mengenai desa Cikeusal, bahwa desa tersebut merupakan salah satu desa binaan dari pabrik Indocement, desa binaan lainnya yaitu Palimanan Barat, Cupang, Walahar, Gempol, Kedungbunder, Ciwaringin. Pada pukul 13.30 kami merasa hujan ini akan awet dan akhirnya kami memutuskan untuk berangkat menuju lokasi. Ketika menuju desa Cikeusal terlihat jalanan penuh lubang, dan banyak mobil truk pembawa batu a...

Perlukah Seorang Perempuan Memiliki Pendidikan yang Tinggi

. Dilema Perempuan antara memilih mengurus Keluarga atau Melanjutkan Pendidikan Berbicara tentang perempuan dan pendidikan, tentunya ini menjadi dua hal yang menarik untuk dibicarakan. Sejak puluhan tahun yang lalu emansipasi wanita sering disebut-sebut oleh Kartini, sehingga kemudian hal ini menjadi sesuatu yang penting oleh sebagian kalangan. Namun, pada kenyataannya, dalam banyak hal wanita masih kerap ketinggalan, seolah memiliki sejumlah rintangan untuk bisa mendapatkan sesuatu yang terbaik, salah satunya dalam bidang pendidikan. Ilustrasi (Pixabay.com) Meski sampai saat ini semua perempuan dapat mengenyam pendidikan di bangku sekolah seperti halnya pria, namun tidak sedikit juga perempuan yang enggan untuk melakukannya. Sebagian besar wanita merasa puas dengan pendidikan yang hanya menamatkan bangku SMA saja, bahkan ketika bisa menyelesaikan sarjana saja. Hanya sedikit perempuan yang punya keinginan untuk menempuh S2 dan juga S3, dan tentu saja jumlah untuk dua jenjang pendidikan...