Langsung ke konten utama

Menghadapi Realitas Sosial dan Cita-cita Hidup: Ketika Bayangan Meredup

Setiap orang memiliki impian dan harapan dalam hidupnya. Saat kita masih kecil, cita-cita terasa begitu tinggi, seolah-olah langit adalah batasnya. Namun, seiring berjalannya waktu, kita sering kali merasa bahwa cita-cita tersebut semakin meredup dan bahkan hilang begitu saja. Apa yang terjadi? Mengapa mimpi-mimpi kita menjadi lebih kecil seiring bertambahnya usia?

Salah satu faktor utama yang memengaruhi hilangnya semangat dan cita-cita kita adalah realitas sosial. Saat masih anak-anak, kita mungkin tidak sepenuhnya memahami apa yang sebenarnya terjadi di sekitar kita. Pikiran kita dipenuhi dengan keinginan besar tanpa mempertimbangkan batasan-batasan yang mungkin ada di dunia nyata. Namun, ketika kita tumbuh dewasa, kita mulai menyadari kompleksitas kehidupan.

Realitas sosial yang keras dan tantangan-tantangan kehidupan dapat membuat impian kita tampak semakin tidak mungkin. Terlebih lagi, bagi mereka yang tidak dilahirkan dengan keuntungan atau privilege tertentu, seperti akses terhadap pendidikan yang baik, dukungan finansial, atau jaringan sosial yang luas, jalan menuju cita-cita bisa terasa sangat sulit dan jauh.

Ketika realitas ini mulai kita sadari, kita mungkin mulai menyesuaikan harapan kita. Cita-cita yang dulu begitu besar mungkin perlahan-lahan berubah menjadi yang lebih realistis dan 'terjangkau'. Namun, sering kali ini bukanlah perubahan yang kita harapkan dengan senang hati. Rendahnya cita-cita bisa membuat kita merasa putus asa, terutama ketika apa yang kita bayangkan tidak sejalan dengan apa yang kita hadapi dalam kehidupan sehari-hari.

Tidak jarang pula bahwa ketika cita-cita tercapai, kita merasa kecewa. Mungkin karena apa yang kita dapatkan tidak seindah yang kita bayangkan, atau bahkan tidak membawa kebahagiaan seperti yang kita pikirkan sebelumnya. Terkadang, kesuksesan yang kita raih justru membawa kita pada pertanyaan dan penyesalan. Ini adalah masalah umum di mana ekspektasi kita tidak selaras dengan kenyataan yang ada.

Tetapi, bagaimanapun, hidup tidaklah linear. Setiap langkah, baik besar maupun kecil, membawa kita ke arah yang tidak terduga. Mungkin ada banyak hal yang belum kita ketahui atau tidak kita prediksi sebelumnya. Oleh karena itu, selain memiliki impian, kemampuan untuk bertahan dan menyesuaikan diri dengan situasi yang tidak sesuai harapan sangatlah penting.

Menemukan peluang di tengah ketidakpastian adalah kunci untuk menjalani kehidupan yang memuaskan. Kadang-kadang, justru dari kekecewaan dan ketidaksepahaman antara harapan dan kenyataan, kita bisa menemukan arah baru dan memahami hal-hal yang lebih penting dalam hidup ini.

Jadi, meskipun cita-cita mungkin meredup seiring berjalannya waktu, kita tetap memiliki kemampuan untuk tumbuh dan beradaptasi. Hidup adalah perjalanan yang penuh warna, di mana yang terpenting adalah bagaimana kita menjalani setiap langkahnya dengan bijaksana dan penuh keberanian.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Filsafat Diri (Fenomena dan Nomena)

Fenomena adalah sesuatu yang sifatnya nampak dan bisa diamati. Sedangkan nomena adalah sesuatu yang tidak nampak namun bisa diamati. Fenomena itu misalnya seperti kursi, gunung, sungai dan semacamnya, sedangkan nomena seperti ilmu, sifat, pemikiran, emosi dan semacamnya.   Selain dari perwujudannya yang membedakan fenomena dan nomena adalah sisi subjektifitasnya. Fenomena hanya memiliki satu subjek saja yakni apa yang nampak, sedangkan nomena memiliki subjek yang berbeda-beda. Masing-masing orang tentu akan membunyikannya secara berbeda-beda.  Walaupun berbeda, fenomena dan nomena ini memiliki keterkaitan. Suatu fenomena jika dilihat lebih dalam dari sisi nomena maka akan menciptakan fenomena baru. Misalnya ada seorang wanita cantik dan ramah, pada awalnya mungkin kita akan mengira bahwa dia adalah orang yang baik. Tetapi ketika di telusuri dari dalam ternyata tidak seperti fenomenanya. Hal inilah yang membuat kita tertipu dan keliru, kita selalu menyimpulkan bahwa kebena...

Catatan Lapang Riset di Desa Cikeusal (Awal)

. Catatan Awal Sebuah Perjalanan di Bawah Kaki Gunung Kromong Sabtu 20 Maret 2021, pukul 12.30 saya bersama teman saya berangkat dari Pondok Pesantren Ulumuddin menuju desa yang hendak dijadikan aktifitas turun lapang, yakni desa Cikeusal. Diperjalanan tepatnya di Palimanan, kami terjebak hujan, dan memutuskan untuk meneduh di suatu warung. Pukul 13.00 di warung tersebut kita sempat berbincang-bincang sedikit dengan pemiliknya (kami lupa menanyakan namanya). Kami bertanya kepada pemilik warung rute menuju desa Cikeusal. Setelah memberitahu rute, Pemilik warung menceritakan sedikit mengenai desa Cikeusal, bahwa desa tersebut merupakan salah satu desa binaan dari pabrik Indocement, desa binaan lainnya yaitu Palimanan Barat, Cupang, Walahar, Gempol, Kedungbunder, Ciwaringin. Pada pukul 13.30 kami merasa hujan ini akan awet dan akhirnya kami memutuskan untuk berangkat menuju lokasi. Ketika menuju desa Cikeusal terlihat jalanan penuh lubang, dan banyak mobil truk pembawa batu a...

Perlukah Seorang Perempuan Memiliki Pendidikan yang Tinggi

. Dilema Perempuan antara memilih mengurus Keluarga atau Melanjutkan Pendidikan Berbicara tentang perempuan dan pendidikan, tentunya ini menjadi dua hal yang menarik untuk dibicarakan. Sejak puluhan tahun yang lalu emansipasi wanita sering disebut-sebut oleh Kartini, sehingga kemudian hal ini menjadi sesuatu yang penting oleh sebagian kalangan. Namun, pada kenyataannya, dalam banyak hal wanita masih kerap ketinggalan, seolah memiliki sejumlah rintangan untuk bisa mendapatkan sesuatu yang terbaik, salah satunya dalam bidang pendidikan. Ilustrasi (Pixabay.com) Meski sampai saat ini semua perempuan dapat mengenyam pendidikan di bangku sekolah seperti halnya pria, namun tidak sedikit juga perempuan yang enggan untuk melakukannya. Sebagian besar wanita merasa puas dengan pendidikan yang hanya menamatkan bangku SMA saja, bahkan ketika bisa menyelesaikan sarjana saja. Hanya sedikit perempuan yang punya keinginan untuk menempuh S2 dan juga S3, dan tentu saja jumlah untuk dua jenjang pendidikan...