Langsung ke konten utama

Sejarah dalam Keseharian

Tenggelam dalam rutinitas sehari-hari, sering kali kita melupakan bahwa segala sesuatu yang kita gunakan, lakukan, dan pahami memiliki sejarah yang kaya. Dari benda-benda sederhana yang kita gunakan setiap hari hingga pemahaman kita tentang dunia di sekitar kita, semuanya berakar pada perjalanan panjang dari masa lalu. Namun, ironisnya, kita cenderung hidup dalam kondisi ternormalisasi, tanpa banyak pertanyaan tentang mengapa kita melakukan apa yang kita lakukan.

Mari kita lihat beberapa contoh sehari-hari untuk merenung tentang bagaimana sejarah membentuk hal-hal yang tampaknya biasa dalam kehidupan kita.

Dalam setiap gaun yang kita kenakan atau celana yang kita pakai, ada sejarah panjang perkembangan mode dan tekstil. Dari serat alami yang digunakan di masa lalu hingga teknologi tekstil modern yang menghasilkan kain-kain inovatif, pakaian adalah hasil dari usaha manusia untuk melindungi diri dari elemen dan juga mengekspresikan identitas.

Bahkan benda-benda paling sederhana seperti sabun dan sikat gigi memiliki sejarah yang kaya. Manusia telah mencari cara untuk menjaga kebersihan tubuh dan gigi selama berabad-abad. Dari ramuan alami hingga bahan kimia modern, perkembangan dalam bidang kesehatan dan kimia telah memberikan kita produk-produk ini yang menjadi bagian tak terpisahkan dari rutinitas harian kita.

Dulu, manusia mengandalkan surat dan pesan tertulis yang memakan waktu lama untuk sampai. Kini, kita memiliki telepon pintar yang memungkinkan komunikasi instan dengan siapa pun di seluruh dunia. Teknologi ini adalah hasil dari inovasi dan perkembangan ilmu pengetahuan yang tak terhitung jumlahnya.

Dari kuda yang digunakan untuk mengangkut barang hingga mobil, pesawat, dan kereta api modern, transportasi telah berubah secara drastis sepanjang sejarah. Inovasi dalam mesin dan teknologi telah membawa manusia dari titik A ke titik B dengan cara yang lebih cepat, efisien, dan nyaman.

Namun, sayangnya, ketika kita hidup dalam rutinitas kita, kita cenderung mengabaikan sejarah di balik semua ini. Kita jarang bertanya mengapa kita melakukan apa yang kita lakukan, atau mengapa dunia terlihat seperti ini. Itulah mengapa sikap kritis dan rasa ingin tahu begitu penting. Seseorang yang kritis tidak hanya menerima status quo, tetapi juga berusaha memahami sejarah, konteks, dan alasan di baliknya.

Menggali lebih dalam tentang sejarah di balik hal-hal yang kita temui setiap hari memberikan pandangan yang lebih luas tentang bagaimana masyarakat kita tumbuh dan berkembang. Ini juga mengajarkan kita untuk menghargai usaha-usaha orang-orang sebelum kita yang telah mengubah dunia dengan inovasi dan pemikiran kritis mereka.

Jadi, mari kita berusaha menjadi lebih sadar akan sejarah di balik segala sesuatu yang kita lakukan dan gunakan. Mari kita bertanya, mempertanyakan, dan menggali lebih dalam agar kita bisa melihat betapa luar biasanya perjalanan manusia sepanjang waktu dan bagaimana hal-hal yang kita anggap sepele sebenarnya adalah cerminan dari upaya manusia untuk memahami dan mengubah dunia di sekitar mereka.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Filsafat Diri (Fenomena dan Nomena)

Fenomena adalah sesuatu yang sifatnya nampak dan bisa diamati. Sedangkan nomena adalah sesuatu yang tidak nampak namun bisa diamati. Fenomena itu misalnya seperti kursi, gunung, sungai dan semacamnya, sedangkan nomena seperti ilmu, sifat, pemikiran, emosi dan semacamnya.   Selain dari perwujudannya yang membedakan fenomena dan nomena adalah sisi subjektifitasnya. Fenomena hanya memiliki satu subjek saja yakni apa yang nampak, sedangkan nomena memiliki subjek yang berbeda-beda. Masing-masing orang tentu akan membunyikannya secara berbeda-beda.  Walaupun berbeda, fenomena dan nomena ini memiliki keterkaitan. Suatu fenomena jika dilihat lebih dalam dari sisi nomena maka akan menciptakan fenomena baru. Misalnya ada seorang wanita cantik dan ramah, pada awalnya mungkin kita akan mengira bahwa dia adalah orang yang baik. Tetapi ketika di telusuri dari dalam ternyata tidak seperti fenomenanya. Hal inilah yang membuat kita tertipu dan keliru, kita selalu menyimpulkan bahwa kebena...

Catatan Lapang Riset di Desa Cikeusal (Awal)

. Catatan Awal Sebuah Perjalanan di Bawah Kaki Gunung Kromong Sabtu 20 Maret 2021, pukul 12.30 saya bersama teman saya berangkat dari Pondok Pesantren Ulumuddin menuju desa yang hendak dijadikan aktifitas turun lapang, yakni desa Cikeusal. Diperjalanan tepatnya di Palimanan, kami terjebak hujan, dan memutuskan untuk meneduh di suatu warung. Pukul 13.00 di warung tersebut kita sempat berbincang-bincang sedikit dengan pemiliknya (kami lupa menanyakan namanya). Kami bertanya kepada pemilik warung rute menuju desa Cikeusal. Setelah memberitahu rute, Pemilik warung menceritakan sedikit mengenai desa Cikeusal, bahwa desa tersebut merupakan salah satu desa binaan dari pabrik Indocement, desa binaan lainnya yaitu Palimanan Barat, Cupang, Walahar, Gempol, Kedungbunder, Ciwaringin. Pada pukul 13.30 kami merasa hujan ini akan awet dan akhirnya kami memutuskan untuk berangkat menuju lokasi. Ketika menuju desa Cikeusal terlihat jalanan penuh lubang, dan banyak mobil truk pembawa batu a...

Perlukah Seorang Perempuan Memiliki Pendidikan yang Tinggi

. Dilema Perempuan antara memilih mengurus Keluarga atau Melanjutkan Pendidikan Berbicara tentang perempuan dan pendidikan, tentunya ini menjadi dua hal yang menarik untuk dibicarakan. Sejak puluhan tahun yang lalu emansipasi wanita sering disebut-sebut oleh Kartini, sehingga kemudian hal ini menjadi sesuatu yang penting oleh sebagian kalangan. Namun, pada kenyataannya, dalam banyak hal wanita masih kerap ketinggalan, seolah memiliki sejumlah rintangan untuk bisa mendapatkan sesuatu yang terbaik, salah satunya dalam bidang pendidikan. Ilustrasi (Pixabay.com) Meski sampai saat ini semua perempuan dapat mengenyam pendidikan di bangku sekolah seperti halnya pria, namun tidak sedikit juga perempuan yang enggan untuk melakukannya. Sebagian besar wanita merasa puas dengan pendidikan yang hanya menamatkan bangku SMA saja, bahkan ketika bisa menyelesaikan sarjana saja. Hanya sedikit perempuan yang punya keinginan untuk menempuh S2 dan juga S3, dan tentu saja jumlah untuk dua jenjang pendidikan...