Langsung ke konten utama

Kebahagiaan itu adalah sesuatu yang tidak logis

Kebahagiaan, apa yang tak logis dan sulit dijelaskan dengan kata-kata. Kita seringkali melihat orang lain berbahagia, namun terkadang sulit bagi kita untuk sepenuhnya memahaminya. Bagaimana mungkin seseorang bisa begitu bahagia meskipun situasi dan faktor-faktor eksternalnya tidak sepenuhnya membenarkan perasaan bahagianya? Mungkin, di balik sorotan kita yang skeptis, ada kompleksitas dan dimensi kebahagiaan yang tak ternilai.

Perlu diakui bahwa kebahagiaan seringkali tidak mengikuti logika yang ketat. Meskipun kita mengerti apa yang seharusnya membuat seseorang bahagia, tetapi kenyataannya, kebahagiaan tidak selalu berkaitan dengan pencapaian atau kondisi materi. Beberapa orang mungkin merasa bahagia karena memiliki keluarga yang mendukung, meskipun secara finansial mereka mungkin tidak berada dalam kondisi yang ideal. Atau mungkin seseorang merasa bahagia karena mereka dapat menghabiskan waktu bersama hewan peliharaan mereka yang memberikan cinta tanpa syarat.

Kebahagiaan yang sulit dipahami ini mungkin juga berkaitan dengan kompleksitas emosi manusia. Terkadang, perasaan bahagia muncul sebagai hasil dari suatu momen kecil atau pengalaman sederhana yang sulit dijelaskan secara rasional. Mungkin itu adalah senyum dari seseorang yang kita sayangi, atau momen ketika kita merasa benar-benar hidup saat menyaksikan matahari terbenam di ufuk barat. Tidak semua kebahagiaan dapat diukur dengan angka atau data, dan itulah yang menjadikannya sesuatu yang begitu tak logis dan sulit dijelaskan.

Namun, memang benar bahwa beberapa orang dengan pola pikir logis dan analitis mungkin cenderung kesulitan merasakan kebahagiaan secara mendalam. Mereka cenderung lebih terfokus pada fakta, data, dan bukti konkret. Bagi mereka, kebahagiaan mungkin terasa seperti sesuatu yang sulit dicapai karena sulit dipahami dengan logika yang ketat. Mereka mungkin merasa bahwa kebahagiaan haruslah didasarkan pada hasil nyata, bukan sekadar perasaan atau pengalaman subjektif.

Namun, penting untuk diingat bahwa kebahagiaan tidak selalu bertentangan dengan logika. Logika berperan penting dalam menjaga keseimbangan dan mencegah tindakan impulsif yang dapat merugikan diri sendiri. Bukan berarti kita harus mengabaikan logika ketika mencari kebahagiaan, tetapi lebih kepada memahami bahwa kebahagiaan memiliki aspek yang lebih luas daripada sekadar perhitungan dan analisis.

Cara seseorang mencapai kebahagiaan juga dapat menjadi kontroversial. Beberapa mungkin mencari kebahagiaan melalui jalan yang tidak masuk akal, seperti menyakiti diri sendiri atau mengorbankan segalanya. Namun, ini tidak harus menjadi norma atau contoh yang diikuti oleh semua orang. Ada banyak cara sehat dan positif untuk mencapai kebahagiaan, seperti membangun hubungan yang mendalam, mengejar hobi yang memuaskan, atau memberikan arti dalam mengabdi kepada sesama.

Pada akhirnya, kebahagiaan memang memiliki dimensi yang rumit dan sulit ditebak. Meskipun sulit untuk selalu sepenuhnya memahami perasaan bahagia orang lain, kita dapat belajar untuk menghormati dan menghargai perbedaan dalam cara orang mencari dan merasakan kebahagiaan. Menggabungkan logika dengan pemahaman emosional dapat membantu kita mencapai keseimbangan yang sehat dalam mengelola kebahagiaan dan menjaga diri agar tetap aman dan berada dalam batas yang wajar.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Filsafat Diri (Fenomena dan Nomena)

Fenomena adalah sesuatu yang sifatnya nampak dan bisa diamati. Sedangkan nomena adalah sesuatu yang tidak nampak namun bisa diamati. Fenomena itu misalnya seperti kursi, gunung, sungai dan semacamnya, sedangkan nomena seperti ilmu, sifat, pemikiran, emosi dan semacamnya.   Selain dari perwujudannya yang membedakan fenomena dan nomena adalah sisi subjektifitasnya. Fenomena hanya memiliki satu subjek saja yakni apa yang nampak, sedangkan nomena memiliki subjek yang berbeda-beda. Masing-masing orang tentu akan membunyikannya secara berbeda-beda.  Walaupun berbeda, fenomena dan nomena ini memiliki keterkaitan. Suatu fenomena jika dilihat lebih dalam dari sisi nomena maka akan menciptakan fenomena baru. Misalnya ada seorang wanita cantik dan ramah, pada awalnya mungkin kita akan mengira bahwa dia adalah orang yang baik. Tetapi ketika di telusuri dari dalam ternyata tidak seperti fenomenanya. Hal inilah yang membuat kita tertipu dan keliru, kita selalu menyimpulkan bahwa kebena...

Catatan Lapang Riset di Desa Cikeusal (Awal)

. Catatan Awal Sebuah Perjalanan di Bawah Kaki Gunung Kromong Sabtu 20 Maret 2021, pukul 12.30 saya bersama teman saya berangkat dari Pondok Pesantren Ulumuddin menuju desa yang hendak dijadikan aktifitas turun lapang, yakni desa Cikeusal. Diperjalanan tepatnya di Palimanan, kami terjebak hujan, dan memutuskan untuk meneduh di suatu warung. Pukul 13.00 di warung tersebut kita sempat berbincang-bincang sedikit dengan pemiliknya (kami lupa menanyakan namanya). Kami bertanya kepada pemilik warung rute menuju desa Cikeusal. Setelah memberitahu rute, Pemilik warung menceritakan sedikit mengenai desa Cikeusal, bahwa desa tersebut merupakan salah satu desa binaan dari pabrik Indocement, desa binaan lainnya yaitu Palimanan Barat, Cupang, Walahar, Gempol, Kedungbunder, Ciwaringin. Pada pukul 13.30 kami merasa hujan ini akan awet dan akhirnya kami memutuskan untuk berangkat menuju lokasi. Ketika menuju desa Cikeusal terlihat jalanan penuh lubang, dan banyak mobil truk pembawa batu a...

Perlukah Seorang Perempuan Memiliki Pendidikan yang Tinggi

. Dilema Perempuan antara memilih mengurus Keluarga atau Melanjutkan Pendidikan Berbicara tentang perempuan dan pendidikan, tentunya ini menjadi dua hal yang menarik untuk dibicarakan. Sejak puluhan tahun yang lalu emansipasi wanita sering disebut-sebut oleh Kartini, sehingga kemudian hal ini menjadi sesuatu yang penting oleh sebagian kalangan. Namun, pada kenyataannya, dalam banyak hal wanita masih kerap ketinggalan, seolah memiliki sejumlah rintangan untuk bisa mendapatkan sesuatu yang terbaik, salah satunya dalam bidang pendidikan. Ilustrasi (Pixabay.com) Meski sampai saat ini semua perempuan dapat mengenyam pendidikan di bangku sekolah seperti halnya pria, namun tidak sedikit juga perempuan yang enggan untuk melakukannya. Sebagian besar wanita merasa puas dengan pendidikan yang hanya menamatkan bangku SMA saja, bahkan ketika bisa menyelesaikan sarjana saja. Hanya sedikit perempuan yang punya keinginan untuk menempuh S2 dan juga S3, dan tentu saja jumlah untuk dua jenjang pendidikan...