Langsung ke konten utama

Orang Mengikuti Tren Bukan Karena Mencari Kesenangan

Tren sungguh fenomena menarik yang telah mengikat manusia dalam lingkaran tak terputus dari perubahan dan keinginan untuk diterima. Apapun yang sedang "in" dan "kemodernan" saat ini, tampaknya menjadi primadona bagi masyarakat yang selalu haus akan pengakuan dan validasi. Tren adalah kekuatan sosial yang menuntun kita, entah kita sadari atau tidak, dalam arah yang sering kali tak terduga.

Pada permukaan, mengikuti tren terlihat menyenangkan dan bersemangat. Melihat bahwa sesuatu menjadi pusat perhatian, diperbincangkan, dan digunakan oleh banyak orang memberikan perasaan bahwa kita sedang menjadi bagian dari suatu gerakan, sesuatu yang lebih besar dari diri kita sendiri. Tren ini bisa berkisar dari fashion, gaya hidup, teknologi, hingga bahkan dalam hal-hal yang tampaknya kecil seperti meme dan kata-kata kunci di media sosial.

Namun, di balik sorotan dan sensasi yang ditawarkan oleh tren, tersembunyi ketakutan yang kadang-kadang begitu mendalam sehingga mendorong banyak orang untuk mengikutinya. Mengapa? Sebab, lebih sering daripada tidak, ketakutan untuk ditinggalkan, dianggap kuno, atau bahkan dijauhkan dari lingkungan sosial adalah penggerak utama di balik kepatuhan kita terhadap tren. Masyarakat memiliki kecenderungan untuk merasa aman dalam kerumunan, dalam mematuhi apa yang "dianggap" benar oleh mayoritas.

Ketakutan ini membentuk paradoks aneh dalam kehidupan manusia. Di satu sisi, banyak orang mungkin merasa agak tidak nyaman dengan tren, merasa terpaksa mengubah apa yang mereka kenakan, bagaimana mereka berbicara, atau apa yang mereka lakukan agar sesuai dengan tren saat ini. Tetapi, di sisi lain, mereka akan melakukannya demi merasa "masuk" dan "tidak ketinggalan zaman". Bagaimana sesuatu bisa menjadi menyenangkan ketika itu didorong oleh rasa takut yang mendalam? Tren adalah tali mengikat yang dengan lembut membimbing kita pada satu sisi dan menjerat kita pada sisi lainnya.

Tren juga memiliki kekuatan untuk menggiring manusia ke dalam keputusan yang tidak selalu berdasarkan akal sehat atau moralitas. Bagaimana bisa kita berbicara tentang akal sehat ketika masyarakat berlomba-lomba membeli produk atau merk hanya karena nama besar yang tertera di labelnya? Atau bagaimana bisa kita bicara tentang moralitas ketika perilaku yang seharusnya dianggap merugikan atau merugikan orang lain justru mendapat sorotan dan persetujuan karena tren sedang mengarah ke arah itu?

Tren, pada akhirnya, adalah cerminan dari perjuangan manusia untuk menemukan identitas mereka dalam suatu dunia yang terus berubah. Ini adalah cara kita mencoba menemukan tempat kita dalam masyarakat, dan sayangnya, itu sering kali ditemani oleh rasa takut yang kuat. Tapi mungkin juga saatnya untuk berpikir lebih dalam dan lebih kuat, untuk tidak hanya mengikuti aliran tren, tetapi juga menentukan apakah sesuatu memang sesuai dengan nilai-nilai dan prinsip kita sendiri.

Seiring perkembangan zaman, mungkin suatu hari nanti, kita akan bisa melawan godaan ketakutan dan melihat tren untuk apa adanya: sederhana, efemeral, dan bukan penentu sejati dari siapa kita. Dan pada saat itu, kita mungkin akan menemukan kesenangan yang lebih besar dalam menjadi diri sendiri daripada mengikuti arus tren yang mungkin hanya akan berubah lagi dalam waktu singkat.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Mengenal Struktural Keorganisasian Kampus

(Dokumen Pribadi) Jika kamu adalah anak kuliah tentu pasti sudah tahu apa itu organisasi kampus. Mungkin ada sedikit perbedaan antara organisasi kampus dengan organisasi lainnya. Jelasnya organisasi kampus tentunya diisi oleh mahasiswa dan tentunya pola pikir keorganisasian dan tujaunnya berbeda dengan organisasi diluar kampus. Organisasi kampus sendiri terdiri dari dua macam, ada organisasi intra kampus kampus dan organisasi ekstra kampus. Organisasi kampus ini seberulnya hampir mirip dengan sistem kenegaraan kita seperti eksekutif, legislatif dan partai politik. Organisasi kampus ini, bisa disebut juga sebagai miniatur negara, untuk lebih jelasnya saya akan jelaskan dibawah ini:  Organisasi Intra Kampus Definisi organisasi intra kampus sendiri ada di dalam aturan Keputusan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan RI Nomor 155/U/1998 tentang Pedoman Umum Organisasi Kemahasiswaan di Perguruan Tinggi (PUOK). Secara singkatnya organisasi intra kampus ini berada di bawah naungan kampus. Orga...

Antara Alam Pikiran dan Alam Realitas

Pernahkan kamu berfikir? Ya tentunya semua orang di dunia ini melakukan segala aktifitas dengan berfikir kecuali pada saat tidur dan pingsan. Hal yang unik dari manusia adalah manusia berbeda dengan fikirannya hewan. Hewan hanya berfikir berdasarkan insting naluri berfikirnya jika ada hewa-hewan cerdas seperti lumba-lumba dan  simpanse, mereka tentunya harus dilati terlebih dahulu. Tanpa dilatih mereka hanya hewan biasa walaupun di katakan hewan cerdas pun pemikiran mereka tetap saja tidak bisa berkembang. (Pixlab.com) Manusia tentunya memiliki kelebihan dibandingkan dengan hewan lain yakni pikiran, dengan pikiran manusia bisa melakukan hal yang sulit menjadi mudah, membuat hal yang kreatif dan inovatif, berimajinasi, berlogika, mempelajari hal baru dan masih banyak yang lainnya. Sejauh ini peradaban diciptakan oleh manusia dari masa-masa, manusia mempelajari hal baru dan ilmi-ilmu baru. Berbicara tentang pemikiram ini tentunya adalah hal yang unik, karena setiap orang memiliki tin...

Buat Apa Kita Belajar

Pertanyaan ini sebetulnya adalah pertanyaan yang kurang kerjaan, tetapi memang perlu kita pikirkan bersama. Memang sudah jelas tujuan belajar adalah menjadi orang yang pintar. Tetapi menurut saya itu bukan jawaban yang tepat. mengapa itu bukan jawaban yang tepat, karena kita harus lihat dulu tujuan dari belajar itu sendiri. Jujur saya orang yang senang belajar tetapi saya kurang suka pelajaran di sekolah, karena orientasinya hanya sekedar nilai. Mungkin ini tidak sesuai dengan stigma masyarakat. (Pixabay.com) Kita tentunya harus mengubah tujuan dari belajar. Jika kita belajar rajin mengerjakan PR, rangking satu, ujian selalu baik tentunya itu adalah anak yang pintar. Padahal itu bukan orang yang pintar, tetapi dia hanya ingin dipandang baik masyarakat (sekolah) makanya harus rajin agar dipuji oleh banyak orang. Jika kamu merasa puas ketika dipuji karena rangking satu tentunya sangat puas. Tetapi puasnya hanya cukup disitu saja. Setelah ia puas maka ya sudah pelajaran yang telah lalu di...