Tren sungguh fenomena menarik yang telah mengikat manusia dalam lingkaran tak terputus dari perubahan dan keinginan untuk diterima. Apapun yang sedang "in" dan "kemodernan" saat ini, tampaknya menjadi primadona bagi masyarakat yang selalu haus akan pengakuan dan validasi. Tren adalah kekuatan sosial yang menuntun kita, entah kita sadari atau tidak, dalam arah yang sering kali tak terduga.
Pada permukaan, mengikuti tren terlihat menyenangkan dan bersemangat. Melihat bahwa sesuatu menjadi pusat perhatian, diperbincangkan, dan digunakan oleh banyak orang memberikan perasaan bahwa kita sedang menjadi bagian dari suatu gerakan, sesuatu yang lebih besar dari diri kita sendiri. Tren ini bisa berkisar dari fashion, gaya hidup, teknologi, hingga bahkan dalam hal-hal yang tampaknya kecil seperti meme dan kata-kata kunci di media sosial.
Namun, di balik sorotan dan sensasi yang ditawarkan oleh tren, tersembunyi ketakutan yang kadang-kadang begitu mendalam sehingga mendorong banyak orang untuk mengikutinya. Mengapa? Sebab, lebih sering daripada tidak, ketakutan untuk ditinggalkan, dianggap kuno, atau bahkan dijauhkan dari lingkungan sosial adalah penggerak utama di balik kepatuhan kita terhadap tren. Masyarakat memiliki kecenderungan untuk merasa aman dalam kerumunan, dalam mematuhi apa yang "dianggap" benar oleh mayoritas.
Ketakutan ini membentuk paradoks aneh dalam kehidupan manusia. Di satu sisi, banyak orang mungkin merasa agak tidak nyaman dengan tren, merasa terpaksa mengubah apa yang mereka kenakan, bagaimana mereka berbicara, atau apa yang mereka lakukan agar sesuai dengan tren saat ini. Tetapi, di sisi lain, mereka akan melakukannya demi merasa "masuk" dan "tidak ketinggalan zaman". Bagaimana sesuatu bisa menjadi menyenangkan ketika itu didorong oleh rasa takut yang mendalam? Tren adalah tali mengikat yang dengan lembut membimbing kita pada satu sisi dan menjerat kita pada sisi lainnya.
Tren juga memiliki kekuatan untuk menggiring manusia ke dalam keputusan yang tidak selalu berdasarkan akal sehat atau moralitas. Bagaimana bisa kita berbicara tentang akal sehat ketika masyarakat berlomba-lomba membeli produk atau merk hanya karena nama besar yang tertera di labelnya? Atau bagaimana bisa kita bicara tentang moralitas ketika perilaku yang seharusnya dianggap merugikan atau merugikan orang lain justru mendapat sorotan dan persetujuan karena tren sedang mengarah ke arah itu?
Tren, pada akhirnya, adalah cerminan dari perjuangan manusia untuk menemukan identitas mereka dalam suatu dunia yang terus berubah. Ini adalah cara kita mencoba menemukan tempat kita dalam masyarakat, dan sayangnya, itu sering kali ditemani oleh rasa takut yang kuat. Tapi mungkin juga saatnya untuk berpikir lebih dalam dan lebih kuat, untuk tidak hanya mengikuti aliran tren, tetapi juga menentukan apakah sesuatu memang sesuai dengan nilai-nilai dan prinsip kita sendiri.
Seiring perkembangan zaman, mungkin suatu hari nanti, kita akan bisa melawan godaan ketakutan dan melihat tren untuk apa adanya: sederhana, efemeral, dan bukan penentu sejati dari siapa kita. Dan pada saat itu, kita mungkin akan menemukan kesenangan yang lebih besar dalam menjadi diri sendiri daripada mengikuti arus tren yang mungkin hanya akan berubah lagi dalam waktu singkat.
Komentar
Posting Komentar