Langsung ke konten utama

Petani adalah Profesi yang Tak Pernah Hilang Ditelan Zaman

Sejak zaman purba, manusia telah menjalani perjalanan yang panjang dan penuh perubahan dalam usahanya untuk bertahan hidup. Dari berburu hewan liar dan meramu tumbuhan liar, pergeseran yang menakjubkan terjadi ketika manusia mulai beralih menjadi petani. Pertanian, suatu profesi yang mungkin terlihat sederhana dan kuno, namun memiliki dampak yang mendalam dan fundamental dalam sejarah perkembangan manusia.

Dengan peralihan ini, manusia menemukan cara untuk mengendalikan lingkungan dan menyediakan sumber makanan yang lebih dapat diandalkan. Seiring berjalannya waktu, ilmu pengetahuan dan teknologi pertanian pun terus berkembang, membawa perubahan besar dalam cara kita menghasilkan makanan. Meskipun seiring waktu muncul berbagai pekerjaan baru seperti bekerja di pabrik, di kantor, atau bahkan dari rumah, peran petani tetap tak tergantikan

Pekerjaan petani memiliki arti yang dalam dan tak tergantikan dalam keberlangsungan hidup manusia. Ini adalah pekerjaan yang meletakkan dasar bagi semua pekerjaan lainnya. Bagaimana mungkin pekerjaan di kantor atau pabrik dapat berjalan lancar jika tidak ada yang menyediakan bahan makanan yang diperlukan untuk mengisi energi dan memberi kekuatan bagi pekerja-pekerja tersebut? Petani adalah penopang utama bagi masyarakat, karena mereka menyediakan makanan yang menjadi kebutuhan dasar kita sehari-hari.

Namun, ironisnya, pekerjaan petani seringkali kurang dihargai dan diabaikan. Dalam era modern ini, banyak orang lebih tertarik dengan pekerjaan yang terlihat lebih glamor dan menghasilkan gaji yang lebih tinggi, seperti pekerjaan di sektor teknologi, keuangan, atau hiburan. Ketenaran dan uang cenderung mengalihkan perhatian dari pentingnya pekerjaan petani.

Padahal, tanpa petani, negara mana pun tidak akan dapat bertahan. Tanpa mereka, pasokan makanan akan habis dan bencana kelaparan bisa saja muncul. Kita mungkin memiliki gedung-gedung megah, teknologi canggih, dan industri maju, tetapi semuanya akan menjadi hampa tanpa bahan makanan yang diberikan oleh petani. Ini adalah pekerjaan yang tidak boleh diabaikan atau dipandang sebelah mata.

Pentingnya pekerjaan petani seharusnya menginspirasi kita semua untuk lebih menghargai dan mendukung mereka. Bukan hanya dengan menghargai hasil kerja keras mereka, tetapi juga dengan menciptakan lingkungan yang mendukung pertanian berkelanjutan dan berkeadilan. Bantuan dalam bentuk pendidikan pertanian, pengembangan teknologi pertanian, dan dukungan finansial bagi petani adalah langkah-langkah penting untuk memastikan bahwa profesi ini tetap berlanjut dan diteruskan kepada generasi mendatang.

Dalam dunia yang terus berubah dan berkembang, kita seharusnya tidak melupakan akar-akar kita yang berasal dari pertanian. Petani adalah pahlawan tanpa tanda jasa yang bekerja di bawah terik matahari dan hujan tanpa henti demi menyediakan makanan bagi kita semua. Mari kita hargai dan berterima kasih kepada mereka, karena pekerjaan petani adalah landasan utama bagi keberlangsungan hidup manusia dan dunia yang kita kenal.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Filsafat Diri (Fenomena dan Nomena)

Fenomena adalah sesuatu yang sifatnya nampak dan bisa diamati. Sedangkan nomena adalah sesuatu yang tidak nampak namun bisa diamati. Fenomena itu misalnya seperti kursi, gunung, sungai dan semacamnya, sedangkan nomena seperti ilmu, sifat, pemikiran, emosi dan semacamnya.   Selain dari perwujudannya yang membedakan fenomena dan nomena adalah sisi subjektifitasnya. Fenomena hanya memiliki satu subjek saja yakni apa yang nampak, sedangkan nomena memiliki subjek yang berbeda-beda. Masing-masing orang tentu akan membunyikannya secara berbeda-beda.  Walaupun berbeda, fenomena dan nomena ini memiliki keterkaitan. Suatu fenomena jika dilihat lebih dalam dari sisi nomena maka akan menciptakan fenomena baru. Misalnya ada seorang wanita cantik dan ramah, pada awalnya mungkin kita akan mengira bahwa dia adalah orang yang baik. Tetapi ketika di telusuri dari dalam ternyata tidak seperti fenomenanya. Hal inilah yang membuat kita tertipu dan keliru, kita selalu menyimpulkan bahwa kebena...

Catatan Lapang Riset di Desa Cikeusal (Awal)

. Catatan Awal Sebuah Perjalanan di Bawah Kaki Gunung Kromong Sabtu 20 Maret 2021, pukul 12.30 saya bersama teman saya berangkat dari Pondok Pesantren Ulumuddin menuju desa yang hendak dijadikan aktifitas turun lapang, yakni desa Cikeusal. Diperjalanan tepatnya di Palimanan, kami terjebak hujan, dan memutuskan untuk meneduh di suatu warung. Pukul 13.00 di warung tersebut kita sempat berbincang-bincang sedikit dengan pemiliknya (kami lupa menanyakan namanya). Kami bertanya kepada pemilik warung rute menuju desa Cikeusal. Setelah memberitahu rute, Pemilik warung menceritakan sedikit mengenai desa Cikeusal, bahwa desa tersebut merupakan salah satu desa binaan dari pabrik Indocement, desa binaan lainnya yaitu Palimanan Barat, Cupang, Walahar, Gempol, Kedungbunder, Ciwaringin. Pada pukul 13.30 kami merasa hujan ini akan awet dan akhirnya kami memutuskan untuk berangkat menuju lokasi. Ketika menuju desa Cikeusal terlihat jalanan penuh lubang, dan banyak mobil truk pembawa batu a...

Perlukah Seorang Perempuan Memiliki Pendidikan yang Tinggi

. Dilema Perempuan antara memilih mengurus Keluarga atau Melanjutkan Pendidikan Berbicara tentang perempuan dan pendidikan, tentunya ini menjadi dua hal yang menarik untuk dibicarakan. Sejak puluhan tahun yang lalu emansipasi wanita sering disebut-sebut oleh Kartini, sehingga kemudian hal ini menjadi sesuatu yang penting oleh sebagian kalangan. Namun, pada kenyataannya, dalam banyak hal wanita masih kerap ketinggalan, seolah memiliki sejumlah rintangan untuk bisa mendapatkan sesuatu yang terbaik, salah satunya dalam bidang pendidikan. Ilustrasi (Pixabay.com) Meski sampai saat ini semua perempuan dapat mengenyam pendidikan di bangku sekolah seperti halnya pria, namun tidak sedikit juga perempuan yang enggan untuk melakukannya. Sebagian besar wanita merasa puas dengan pendidikan yang hanya menamatkan bangku SMA saja, bahkan ketika bisa menyelesaikan sarjana saja. Hanya sedikit perempuan yang punya keinginan untuk menempuh S2 dan juga S3, dan tentu saja jumlah untuk dua jenjang pendidikan...