Langsung ke konten utama

Dari Janji Hingga Kekecewaan: Kebohongan Tersembunyi dalam Merubah Diri

Merubah diri, memperbaiki kebiasaan buruk, dan menciptakan gaya hidup yang lebih sehat sering menjadi janji yang sering kali terucap di bibir kita. Namun, dalam realitasnya, kebohongan sering tersembunyi di balik janji-janji ini. Mungkin kita berjanji untuk rajin berolahraga, rajin belajar, atau rajin menabung, tetapi seringkali kita menemukan diri kita kembali pada kebiasaan lama. Artikel ini akan menggali lebih dalam mengapa kita seringkali gagal memenuhi janji kepada diri sendiri dan mengapa sulit untuk merubah diri.

Setiap awal tahun, resolusi baru seringkali menjadi sorotan dalam kehidupan banyak orang. Orang berjanji untuk meningkatkan kualitas hidup mereka dengan merubah kebiasaan lama menjadi yang lebih baik. Namun, seiring berjalannya waktu, janji-janji ini seringkali terhenti di tengah jalan. Salah satu alasan utama adalah bahwa kita seringkali mengabaikan kompleksitas dari perubahan tersebut.

Keinginan untuk merubah diri seringkali muncul ketika kita menyesali tindakan atau kebiasaan buruk di masa lalu. Perasaan menyesal ini, meskipun berasal dari niat yang baik, seringkali menimbulkan harapan yang terlalu tinggi pada diri sendiri. Kita mungkin ingin mengubah segalanya secara sekaligus, tanpa mempertimbangkan kenyataan bahwa perubahan memerlukan waktu dan konsistensi.

Satu hal yang sering diabaikan adalah sulitnya membangun kebiasaan baru dan melepaskan kebiasaan lama. Otak kita cenderung nyaman dengan kebiasaan yang sudah dikenal dan sulit untuk menghadapi perubahan. Oleh karena itu, meskipun kita berjanji untuk memulai kebiasaan baru, seringkali kita kembali pada zona nyaman kebiasaan lama yang lebih mudah dilakukan.

Mungkin lebih mudah untuk menghilangkan kebiasaan buruk yang telah lama ada daripada menciptakan kebiasaan baru. Fokus pada eliminasi kebiasaan buruk, seperti mengurangi waktu berselancar di media sosial, kurang tidur, atau kebiasaan merokok, dapat menjadi pendekatan yang lebih efektif. Dengan mengurangi atau menghilangkan kebiasaan buruk, kita memberikan ruang untuk perubahan positif dan menciptakan lingkungan yang mendukung pertumbuhan diri.

Mengubah diri memerlukan tingkat kesadaran diri yang tinggi. Seringkali kita tidak sepenuhnya menyadari seberapa dalam kebiasaan buruk telah mencengkeram diri kita. Oleh karena itu, penting untuk membangun kemandirian untuk menyadari dan mengenali kebiasaan-kebiasaan tersebut. Tanpa kesadaran diri yang kuat, kita mungkin terus berada dalam lingkaran kebohongan kepada diri sendiri.

Kiat untuk Merubah Diri dengan Lebih Efektif

1. Set Tujuan yang Realistis: Tetapkan tujuan yang dapat diukur dan realistis. Jangan mengharapkan perubahan drastis dalam waktu singkat.

2. Buat Rencana Tindakan: Identifikasi langkah-langkah konkret yang dapat membantu mencapai tujuan. Rencana tindakan yang terorganisir dapat membantu mengatasi tantangan dan rintangan.

3. Beri Reward pada Diri Sendiri: Berikan penghargaan pada diri sendiri setiap kali mencapai tujuan kecil. Ini dapat memberikan motivasi tambahan untuk terus melangkah.

4. Perluas Jaringan Dukungan: Berbicara dengan orang-orang yang memiliki tujuan serupa atau mencari dukungan dari teman-teman dapat memberikan energi positif.

5. Terima Kegagalan Sebagai Bagian dari Proses: Kegagalan adalah bagian dari setiap perjalanan perubahan. Penting untuk tidak menyalahkan diri sendiri, tetapi belajar dari kegagalan dan melanjutkan perjalanan.

Merubah diri bukanlah proses yang mudah dan sering kali melibatkan kebohongan tersembunyi kepada diri sendiri. Namun, dengan kesadaran diri yang tinggi, penekanan pada menghilangkan kebiasaan buruk, dan upaya yang konsisten, kita dapat menciptakan perubahan positif dalam hidup kita. Jika kita benar-benar ingin mengekspresikan diri dengan lebih baik, mengubah kebiasaan buruk menjadi yang lebih baik adalah langkah awal yang penuh makna. Itu adalah wujud nyata dari niat dan tekad untuk membentuk diri menjadi versi yang lebih baik dan lebih positif.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Mengenal Struktural Keorganisasian Kampus

(Dokumen Pribadi) Jika kamu adalah anak kuliah tentu pasti sudah tahu apa itu organisasi kampus. Mungkin ada sedikit perbedaan antara organisasi kampus dengan organisasi lainnya. Jelasnya organisasi kampus tentunya diisi oleh mahasiswa dan tentunya pola pikir keorganisasian dan tujaunnya berbeda dengan organisasi diluar kampus. Organisasi kampus sendiri terdiri dari dua macam, ada organisasi intra kampus kampus dan organisasi ekstra kampus. Organisasi kampus ini seberulnya hampir mirip dengan sistem kenegaraan kita seperti eksekutif, legislatif dan partai politik. Organisasi kampus ini, bisa disebut juga sebagai miniatur negara, untuk lebih jelasnya saya akan jelaskan dibawah ini:  Organisasi Intra Kampus Definisi organisasi intra kampus sendiri ada di dalam aturan Keputusan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan RI Nomor 155/U/1998 tentang Pedoman Umum Organisasi Kemahasiswaan di Perguruan Tinggi (PUOK). Secara singkatnya organisasi intra kampus ini berada di bawah naungan kampus. Orga...

Antara Alam Pikiran dan Alam Realitas

Pernahkan kamu berfikir? Ya tentunya semua orang di dunia ini melakukan segala aktifitas dengan berfikir kecuali pada saat tidur dan pingsan. Hal yang unik dari manusia adalah manusia berbeda dengan fikirannya hewan. Hewan hanya berfikir berdasarkan insting naluri berfikirnya jika ada hewa-hewan cerdas seperti lumba-lumba dan  simpanse, mereka tentunya harus dilati terlebih dahulu. Tanpa dilatih mereka hanya hewan biasa walaupun di katakan hewan cerdas pun pemikiran mereka tetap saja tidak bisa berkembang. (Pixlab.com) Manusia tentunya memiliki kelebihan dibandingkan dengan hewan lain yakni pikiran, dengan pikiran manusia bisa melakukan hal yang sulit menjadi mudah, membuat hal yang kreatif dan inovatif, berimajinasi, berlogika, mempelajari hal baru dan masih banyak yang lainnya. Sejauh ini peradaban diciptakan oleh manusia dari masa-masa, manusia mempelajari hal baru dan ilmi-ilmu baru. Berbicara tentang pemikiram ini tentunya adalah hal yang unik, karena setiap orang memiliki tin...

Buat Apa Kita Belajar

Pertanyaan ini sebetulnya adalah pertanyaan yang kurang kerjaan, tetapi memang perlu kita pikirkan bersama. Memang sudah jelas tujuan belajar adalah menjadi orang yang pintar. Tetapi menurut saya itu bukan jawaban yang tepat. mengapa itu bukan jawaban yang tepat, karena kita harus lihat dulu tujuan dari belajar itu sendiri. Jujur saya orang yang senang belajar tetapi saya kurang suka pelajaran di sekolah, karena orientasinya hanya sekedar nilai. Mungkin ini tidak sesuai dengan stigma masyarakat. (Pixabay.com) Kita tentunya harus mengubah tujuan dari belajar. Jika kita belajar rajin mengerjakan PR, rangking satu, ujian selalu baik tentunya itu adalah anak yang pintar. Padahal itu bukan orang yang pintar, tetapi dia hanya ingin dipandang baik masyarakat (sekolah) makanya harus rajin agar dipuji oleh banyak orang. Jika kamu merasa puas ketika dipuji karena rangking satu tentunya sangat puas. Tetapi puasnya hanya cukup disitu saja. Setelah ia puas maka ya sudah pelajaran yang telah lalu di...