Ketika bangun tidur, eh ternyata bukan mimpi. Nyatanya, aku masih terdampar di sini, di kota orang, dengan kantong bolong dan perut keroncongan. Hidup ini memang seperti drama picisan, penuh dengan plot twist yang tak terduga. Dulu, imajinasiku adalah taman bermain yang luas, dipenuhi dengan mimpi-mimpi indah. Tapi, realitas datang menghantam, seperti badai yang menerjang taman bunga. Semua warna-warni mimpi itu layu, tergantikan oleh warna abu-abu kekecewaan.
Dulu, aku bermimpi menjadi pahlawan super, terbang bebas di langit, menyelamatkan dunia dari kehancuran. Tapi, sekarang aku hanya bisa terbang di angan-angan, menyelamatkan diri dari kenyataan pahit. Aku bermimpi bisa membangun kerajaan sendiri, penuh dengan harta benda dan kekuasaan. Tapi, sekarang aku hanya bisa membangun kastil di udara, yang rapuh dan mudah runtuh.
Aku terjebak dalam jebakan realitas, di mana mimpi-mimpi indah hanya tinggal kenangan. Aku seperti burung yang terkurung dalam sangkar, ingin terbang bebas, tapi tak punya sayap. Aku seperti ikan yang terdampar di pantai, ingin berenang di lautan, tapi tak punya air. Aku seperti bunga yang tumbuh di padang pasir, ingin mekar dengan indah, tapi tak punya air.
Keadilan? Oh, itu hanya cerita dongeng. Di dunia nyata, yang berkuasa adalah uang dan kekuasaan. Yang lemah, sepertiku, hanya bisa pasrah dan meratapi nasib. Aku seperti boneka kayu yang dimainkan oleh orang lain, tanpa bisa menentukan nasib sendiri. Aku seperti robot yang diprogram untuk bekerja, tanpa bisa merasakan kebahagiaan.
Aku ingin berteriak, "Ini tidak adil!" Tapi, siapa yang akan mendengar? Aku hanya seorang manusia kecil, yang terlupakan di tengah hiruk pikuk dunia. Aku seperti debu yang tertiup angin, tak bermakna dan tak berarti. Aku seperti bintang yang redup, terbenam dalam kegelapan.
Komentar
Posting Komentar