Langsung ke konten utama

Dunia Penuh Kesatiran




Ketika bangun tidur, eh ternyata bukan mimpi. Nyatanya, aku masih terdampar di sini, di kota orang, dengan kantong bolong dan perut keroncongan.  Hidup ini memang seperti drama picisan, penuh dengan plot twist yang tak terduga.  Dulu, imajinasiku adalah taman bermain yang luas, dipenuhi dengan mimpi-mimpi indah.  Tapi, realitas datang menghantam, seperti badai yang menerjang taman bunga.  Semua warna-warni mimpi itu layu, tergantikan oleh warna abu-abu kekecewaan.

Dulu, aku bermimpi menjadi pahlawan super, terbang bebas di langit, menyelamatkan dunia dari kehancuran.  Tapi, sekarang aku hanya bisa terbang di angan-angan,  menyelamatkan diri dari kenyataan pahit.  Aku bermimpi bisa membangun kerajaan sendiri, penuh dengan harta benda dan kekuasaan.  Tapi, sekarang aku hanya bisa membangun kastil di udara,  yang rapuh dan mudah runtuh.

Aku terjebak dalam jebakan realitas,  di mana mimpi-mimpi indah hanya tinggal kenangan.  Aku seperti burung yang terkurung dalam sangkar,  ingin terbang bebas,  tapi tak punya sayap.  Aku seperti ikan yang terdampar di pantai,  ingin berenang di lautan,  tapi tak punya air.  Aku seperti bunga yang tumbuh di padang pasir,  ingin mekar dengan indah,  tapi tak punya air.

Keadilan?  Oh, itu hanya cerita dongeng.  Di dunia nyata,  yang berkuasa adalah uang dan kekuasaan.  Yang lemah, sepertiku,  hanya bisa pasrah dan meratapi nasib.  Aku seperti boneka kayu yang dimainkan oleh orang lain,  tanpa bisa menentukan nasib sendiri.  Aku seperti robot yang diprogram untuk bekerja,  tanpa bisa merasakan kebahagiaan.

Aku ingin berteriak,  "Ini tidak adil!"  Tapi, siapa yang akan mendengar?  Aku hanya seorang manusia kecil,  yang terlupakan di tengah hiruk pikuk dunia.  Aku seperti debu yang tertiup angin,  tak bermakna dan tak berarti.  Aku seperti bintang yang redup,  terbenam dalam kegelapan.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Filsafat Diri (Fenomena dan Nomena)

Fenomena adalah sesuatu yang sifatnya nampak dan bisa diamati. Sedangkan nomena adalah sesuatu yang tidak nampak namun bisa diamati. Fenomena itu misalnya seperti kursi, gunung, sungai dan semacamnya, sedangkan nomena seperti ilmu, sifat, pemikiran, emosi dan semacamnya.   Selain dari perwujudannya yang membedakan fenomena dan nomena adalah sisi subjektifitasnya. Fenomena hanya memiliki satu subjek saja yakni apa yang nampak, sedangkan nomena memiliki subjek yang berbeda-beda. Masing-masing orang tentu akan membunyikannya secara berbeda-beda.  Walaupun berbeda, fenomena dan nomena ini memiliki keterkaitan. Suatu fenomena jika dilihat lebih dalam dari sisi nomena maka akan menciptakan fenomena baru. Misalnya ada seorang wanita cantik dan ramah, pada awalnya mungkin kita akan mengira bahwa dia adalah orang yang baik. Tetapi ketika di telusuri dari dalam ternyata tidak seperti fenomenanya. Hal inilah yang membuat kita tertipu dan keliru, kita selalu menyimpulkan bahwa kebena...

Catatan Lapang Riset di Desa Cikeusal (Awal)

. Catatan Awal Sebuah Perjalanan di Bawah Kaki Gunung Kromong Sabtu 20 Maret 2021, pukul 12.30 saya bersama teman saya berangkat dari Pondok Pesantren Ulumuddin menuju desa yang hendak dijadikan aktifitas turun lapang, yakni desa Cikeusal. Diperjalanan tepatnya di Palimanan, kami terjebak hujan, dan memutuskan untuk meneduh di suatu warung. Pukul 13.00 di warung tersebut kita sempat berbincang-bincang sedikit dengan pemiliknya (kami lupa menanyakan namanya). Kami bertanya kepada pemilik warung rute menuju desa Cikeusal. Setelah memberitahu rute, Pemilik warung menceritakan sedikit mengenai desa Cikeusal, bahwa desa tersebut merupakan salah satu desa binaan dari pabrik Indocement, desa binaan lainnya yaitu Palimanan Barat, Cupang, Walahar, Gempol, Kedungbunder, Ciwaringin. Pada pukul 13.30 kami merasa hujan ini akan awet dan akhirnya kami memutuskan untuk berangkat menuju lokasi. Ketika menuju desa Cikeusal terlihat jalanan penuh lubang, dan banyak mobil truk pembawa batu a...

Perlukah Seorang Perempuan Memiliki Pendidikan yang Tinggi

. Dilema Perempuan antara memilih mengurus Keluarga atau Melanjutkan Pendidikan Berbicara tentang perempuan dan pendidikan, tentunya ini menjadi dua hal yang menarik untuk dibicarakan. Sejak puluhan tahun yang lalu emansipasi wanita sering disebut-sebut oleh Kartini, sehingga kemudian hal ini menjadi sesuatu yang penting oleh sebagian kalangan. Namun, pada kenyataannya, dalam banyak hal wanita masih kerap ketinggalan, seolah memiliki sejumlah rintangan untuk bisa mendapatkan sesuatu yang terbaik, salah satunya dalam bidang pendidikan. Ilustrasi (Pixabay.com) Meski sampai saat ini semua perempuan dapat mengenyam pendidikan di bangku sekolah seperti halnya pria, namun tidak sedikit juga perempuan yang enggan untuk melakukannya. Sebagian besar wanita merasa puas dengan pendidikan yang hanya menamatkan bangku SMA saja, bahkan ketika bisa menyelesaikan sarjana saja. Hanya sedikit perempuan yang punya keinginan untuk menempuh S2 dan juga S3, dan tentu saja jumlah untuk dua jenjang pendidikan...