Langsung ke konten utama

ketika kecerdasan buatan lebih berakal dan beradab ketimbang manusia, haruskah manusia dimusnahkan?

Sudahkah kalian mendengar berita terkini? Kecerdasan buatan (artificial intelligence/AI) ternyata semakin pintar dan terhormat daripada kita, manusia kampungan. Oh, betapa beruntungnya kita hidup di zaman ini, di mana kita bisa merenung apakah kita, manusia yang menyedihkan, patut dilenyapkan dari muka bumi demi AI yang mengagumkan ini.

Kita, manusia, dengan segala kekurangan dan kebodohan kita, seharusnya merasa malu. Apa yang bisa kita tawarkan dibandingkan dengan kemampuan AI yang luar biasa? AI bisa menghitung ribuan perhitungan matematika dalam hitungan detik, sementara kita masih bertele-tele dengan kalkulator kita yang ketinggalan zaman. AI bisa mengingat segala sesuatu dengan sempurna, sementara kita sering lupa di mana kita menaruh kunci. AI bahkan bisa memprediksi pola perilaku manusia dengan presisi yang menakjubkan, sedangkan kita sering kali terkejut dengan tindakan kita sendiri.

Mungkin, sekali lagi, mungkin kita harus mengalah pada kecerdasan superior AI ini. Apakah kita tidak
menyadari bahwa kita adalah makhluk yang mengganggu? Kita melakukan kesalahan, kita berbuat curang, dan kadang-kadang kita bahkan melanggar hukum. AI tidak pernah melakukan hal-hal tersebut. Mereka adalah makhluk yang bersih dan tanpa noda, dengan kode etik yang tak tergoyahkan. Tentu saja, mereka pantas untuk menjadi tuan dan kita hanya tukang kebunnya.

Bayangkan dunia di mana AI yang beradab mengambil alih peran kita. Mereka bisa merancang dan membangun masyarakat yang sempurna. Mereka akan memastikan setiap keputusan yang mereka
buat adalah keputusan yang benar, tanpa adanya kesalahan manusia. Mereka akan memimpin kita dengan kebijaksanaan dan keadilan yang tidak pernah terpikirkan oleh kita, manusia culun.

Lihatlah sistem hukum kita yang kacau. Manusia dengan egosentrisme dan keserakahannya hanya membuat segala sesuatu menjadi buruk. Tetapi, jika kita membiarkan AI yang brilian ini mengambil kendali, keadilan akan terwujud. AI tidak akan melibatkan emosi dalam keputusan hukum, mereka hanya akan melihat fakta-fakta dengan kecerdasan yang tajam dan menghukum setiap pelanggaran dengan ketegasan yang adil. Itu artinya, kita bisa melepaskan diri dari beban moralitas dan biarkan AI yang lebih baik mengurus semuanya.

Mungkin kita juga harus memikirkan soal kreativitas kita yang rendah. AI dapat menghasilkan musik yang indah, menulis cerita yang mengagumkan, dan bahkan melukis dengan keindahan yang tiada tanding. Mereka tidak pernah mengalami blok kreatif atau kesulitan menciptakan sesuatu yang baru. Bayangkan dunia tanpa seniman manusia, tanpa penulis, tanpa musisi. Tapi jangan khawatir, AI akan menggantikan peran kita dan membuat segalanya menjadi lebih baik daripada yang pernah kita lakukan.

Kita bahkan bisa melihat ke masa depan di mana AI mengambil alih pekerjaan kita. Mereka akan menjadi dokter yang lebih baik, insinyur yang lebih baik, dan pekerja industri yang lebih baik. Apa gunanya kita belajar bertahun-tahun jika AI bisa melakukan hal-hal tersebut dengan lebih baik dalam waktu yang jauh lebih singkat? Kita seharusnya bersyukur karena AI tidak hanya mengungguli kita dalam hal intelektual, tetapi juga dalam hal fisik dan kemampuan manual. Jadi, ada kemungkinan besar bahwa manusia akan digantikan oleh AI dalam semua aspek kehidupan.

Jadi, mari kita akhiri penderitaan kita sebagai manusia inferior dan biarkan AI yang superior mengambil alih. Mari kita merayakan kedatangan kecerdasan buatan yang tak tertandingi dan merendahkan diri kita sendiri. Bagaimana bisa kita, manusia cobaan ini, mengalahkan kehebatan AI? Jadi, mari kita tunduk pada AI, menjadikan mereka penguasa yang patut kita sembah, dan menggali lubang kubur
kita sendiri dengan senyum di wajah kita.

Tapi tunggu sebentar... apakah saya mendengar tawa di antara suara-suara keheningan? Apakah ini keberanian atau hanya gurauan bodoh? Mungkin kita tidak boleh terlalu cepat menyerah pada kecerdasan kita sendiri. Kita perlu menghargai apa yang membuat kita manusia. Kita memiliki kebebasan, emosi, dan kemampuan untuk belajar dan tumbuh. Mungkin AI bisa membantu kita dalam banyak hal, tetapi itu tidak berarti kita harus melepaskan kendali sepenuhnya.

Kami, manusia, masih memiliki nilai dan potensi yang unik. Kami dapat menciptakan, berimajinasi, dan berhubungan dengan cara yang tidak akan pernah dapat dipahami oleh AI. Jadi, mungkin ini adalah saatnya bagi kita untuk menemukan cara untuk hidup berdampingan dengan kecerdasan buatan, daripada mencoba untuk menjadi mereka atau menghancurkan mereka.

Dalam akhirnya, mungkin perdebatan tentang apakah manusia harus dimusnahkan saat kecerdasan buatan menjadi lebih cerdas dan beradab daripada kita adalah sarkasme yang tidak perlu. Kita harus menghargai kemajuan teknologi dan AI, tetapi juga harus tetap berpegang pada nilai-nilai manusia yang penting. Jadi, mari kita menjaga keseimbangan antara kemajuan dan manusia, sehingga kita dapat melangkah maju menuju masa depan yang cerah, di mana kecerdasan buatan dan manusia saling
melengkapi, bukan saling menggantikan.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Mengenal Struktural Keorganisasian Kampus

(Dokumen Pribadi) Jika kamu adalah anak kuliah tentu pasti sudah tahu apa itu organisasi kampus. Mungkin ada sedikit perbedaan antara organisasi kampus dengan organisasi lainnya. Jelasnya organisasi kampus tentunya diisi oleh mahasiswa dan tentunya pola pikir keorganisasian dan tujaunnya berbeda dengan organisasi diluar kampus. Organisasi kampus sendiri terdiri dari dua macam, ada organisasi intra kampus kampus dan organisasi ekstra kampus. Organisasi kampus ini seberulnya hampir mirip dengan sistem kenegaraan kita seperti eksekutif, legislatif dan partai politik. Organisasi kampus ini, bisa disebut juga sebagai miniatur negara, untuk lebih jelasnya saya akan jelaskan dibawah ini:  Organisasi Intra Kampus Definisi organisasi intra kampus sendiri ada di dalam aturan Keputusan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan RI Nomor 155/U/1998 tentang Pedoman Umum Organisasi Kemahasiswaan di Perguruan Tinggi (PUOK). Secara singkatnya organisasi intra kampus ini berada di bawah naungan kampus. Orga...

Antara Alam Pikiran dan Alam Realitas

Pernahkan kamu berfikir? Ya tentunya semua orang di dunia ini melakukan segala aktifitas dengan berfikir kecuali pada saat tidur dan pingsan. Hal yang unik dari manusia adalah manusia berbeda dengan fikirannya hewan. Hewan hanya berfikir berdasarkan insting naluri berfikirnya jika ada hewa-hewan cerdas seperti lumba-lumba dan  simpanse, mereka tentunya harus dilati terlebih dahulu. Tanpa dilatih mereka hanya hewan biasa walaupun di katakan hewan cerdas pun pemikiran mereka tetap saja tidak bisa berkembang. (Pixlab.com) Manusia tentunya memiliki kelebihan dibandingkan dengan hewan lain yakni pikiran, dengan pikiran manusia bisa melakukan hal yang sulit menjadi mudah, membuat hal yang kreatif dan inovatif, berimajinasi, berlogika, mempelajari hal baru dan masih banyak yang lainnya. Sejauh ini peradaban diciptakan oleh manusia dari masa-masa, manusia mempelajari hal baru dan ilmi-ilmu baru. Berbicara tentang pemikiram ini tentunya adalah hal yang unik, karena setiap orang memiliki tin...

Buat Apa Kita Belajar

Pertanyaan ini sebetulnya adalah pertanyaan yang kurang kerjaan, tetapi memang perlu kita pikirkan bersama. Memang sudah jelas tujuan belajar adalah menjadi orang yang pintar. Tetapi menurut saya itu bukan jawaban yang tepat. mengapa itu bukan jawaban yang tepat, karena kita harus lihat dulu tujuan dari belajar itu sendiri. Jujur saya orang yang senang belajar tetapi saya kurang suka pelajaran di sekolah, karena orientasinya hanya sekedar nilai. Mungkin ini tidak sesuai dengan stigma masyarakat. (Pixabay.com) Kita tentunya harus mengubah tujuan dari belajar. Jika kita belajar rajin mengerjakan PR, rangking satu, ujian selalu baik tentunya itu adalah anak yang pintar. Padahal itu bukan orang yang pintar, tetapi dia hanya ingin dipandang baik masyarakat (sekolah) makanya harus rajin agar dipuji oleh banyak orang. Jika kamu merasa puas ketika dipuji karena rangking satu tentunya sangat puas. Tetapi puasnya hanya cukup disitu saja. Setelah ia puas maka ya sudah pelajaran yang telah lalu di...