Langsung ke konten utama

Membangun Keterikatan Emosional Antara Mahasiswa dan Dosen: Kunci Meningkatkan Kualitas Pendidikan

Dalam sistem pendidikan tinggi, hubungan antara mahasiswa dan dosen sering kali terbatas pada interaksi formal. Hal ini menciptakan lingkungan di mana proses belajar mengajar menjadi sebuah rutinitas tanpa makna yang mendalam. Padahal, keterikatan emosional antara mahasiswa dan dosen adalah elemen penting yang dapat meningkatkan kualitas pendidikan secara keseluruhan. Ketika hubungan ini hanya bersifat formal, penelitian akademik sering kali berubah menjadi sekadar formalitas untuk lulus, tanpa memperhatikan kualitas dan kontribusi ilmiahnya.

Hubungan antara mahasiswa dan dosen umumnya terbatas pada pertemuan di ruang kuliah, konsultasi terkait tugas, dan pembimbingan akademik yang minim. Dalam banyak kasus, interaksi ini tidak melibatkan aspek emosional yang mendalam, yang sebenarnya sangat penting dalam membangun kepercayaan dan motivasi. Mahasiswa sering merasa bahwa dosen hanya menjalankan kewajiban mengajar tanpa memberikan perhatian pribadi pada perkembangan dan kebutuhan emosional mereka.

Pendidikan emosional adalah aspek yang sering kali diabaikan dalam sistem pendidikan kita. Pendidikan ini tidak hanya berkaitan dengan pengetahuan akademis, tetapi juga melibatkan pengembangan keterampilan sosial dan emosional. Ketika dosen dan mahasiswa tidak memiliki keterikatan emosional, mahasiswa merasa kurang didukung secara personal dan cenderung kehilangan motivasi. Mereka melihat proses pendidikan sebagai kewajiban semata, bukan sebagai perjalanan yang bermakna.

Salah satu konsekuensi dari hubungan formal antara dosen dan mahasiswa adalah kualitas penelitian yang menurun. Penelitian akademik, yang seharusnya menjadi ajang eksplorasi dan kontribusi ilmiah, sering kali berubah menjadi tugas yang dikerjakan asal jadi. Mahasiswa melakukan penelitian bukan karena keingintahuan atau semangat ilmiah, tetapi semata-mata untuk memenuhi syarat kelulusan. Akibatnya, penelitian yang dihasilkan cenderung tidak mendalam dan kurang bermanfaat.

Untuk mengatasi masalah ini, penting bagi institusi pendidikan untuk mendorong hubungan yang lebih erat dan personal antara dosen dan mahasiswa. Beberapa langkah yang dapat diambil antara lain:

1. Mentorship Personal: Program mentorship di mana dosen berperan sebagai pembimbing pribadi yang tidak hanya fokus pada aspek akademis tetapi juga pada perkembangan pribadi dan emosional mahasiswa.

2. Interaksi Non-Akademis: Mendorong kegiatan di luar kelas yang memungkinkan dosen dan mahasiswa berinteraksi dalam konteks yang lebih santai dan personal, seperti diskusi informal, kegiatan sosial, atau proyek kolaboratif.

3. Kelas Kecil: Mengurangi jumlah mahasiswa dalam satu kelas untuk memungkinkan interaksi yang lebih intensif dan personal antara dosen dan mahasiswa.

4. Pelatihan Keterampilan Sosial dan Emosional: Mengintegrasikan pelatihan keterampilan sosial dan emosional dalam kurikulum untuk membantu mahasiswa dan dosen memahami pentingnya aspek ini dalam pendidikan.

Ketika dosen dan mahasiswa memiliki keterikatan emosional yang kuat, banyak manfaat yang dapat diperoleh. Mahasiswa akan merasa lebih didukung dan termotivasi untuk belajar. Mereka akan melihat dosen sebagai mentor yang peduli, bukan hanya sebagai pengajar yang memberikan tugas. Hal ini akan meningkatkan semangat dan kualitas belajar mahasiswa, yang pada gilirannya akan tercermin dalam kualitas penelitian dan kontribusi akademis mereka.

Dosen juga akan mendapatkan kepuasan lebih dalam pekerjaan mereka, melihat hasil dari hubungan yang lebih bermakna dengan mahasiswa. Hubungan yang baik ini dapat mendorong dosen untuk lebih bersemangat dalam mengajar dan membimbing, menciptakan lingkungan akademik yang lebih positif dan produktif.

Hubungan yang kuat dan penuh makna antara dosen dan mahasiswa sangat penting untuk meningkatkan kualitas pendidikan. Keterikatan emosional tidak hanya membuat proses belajar mengajar lebih menyenangkan dan bermakna, tetapi juga mendorong mahasiswa untuk menghasilkan penelitian yang lebih berkualitas. Dengan langkah-langkah yang tepat, kita dapat mengubah hubungan formal ini menjadi kemitraan yang produktif dan mendukung perkembangan akademis serta pribadi mahasiswa secara keseluruhan.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Mengenal Struktural Keorganisasian Kampus

(Dokumen Pribadi) Jika kamu adalah anak kuliah tentu pasti sudah tahu apa itu organisasi kampus. Mungkin ada sedikit perbedaan antara organisasi kampus dengan organisasi lainnya. Jelasnya organisasi kampus tentunya diisi oleh mahasiswa dan tentunya pola pikir keorganisasian dan tujaunnya berbeda dengan organisasi diluar kampus. Organisasi kampus sendiri terdiri dari dua macam, ada organisasi intra kampus kampus dan organisasi ekstra kampus. Organisasi kampus ini seberulnya hampir mirip dengan sistem kenegaraan kita seperti eksekutif, legislatif dan partai politik. Organisasi kampus ini, bisa disebut juga sebagai miniatur negara, untuk lebih jelasnya saya akan jelaskan dibawah ini:  Organisasi Intra Kampus Definisi organisasi intra kampus sendiri ada di dalam aturan Keputusan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan RI Nomor 155/U/1998 tentang Pedoman Umum Organisasi Kemahasiswaan di Perguruan Tinggi (PUOK). Secara singkatnya organisasi intra kampus ini berada di bawah naungan kampus. Orga...

Antara Alam Pikiran dan Alam Realitas

Pernahkan kamu berfikir? Ya tentunya semua orang di dunia ini melakukan segala aktifitas dengan berfikir kecuali pada saat tidur dan pingsan. Hal yang unik dari manusia adalah manusia berbeda dengan fikirannya hewan. Hewan hanya berfikir berdasarkan insting naluri berfikirnya jika ada hewa-hewan cerdas seperti lumba-lumba dan  simpanse, mereka tentunya harus dilati terlebih dahulu. Tanpa dilatih mereka hanya hewan biasa walaupun di katakan hewan cerdas pun pemikiran mereka tetap saja tidak bisa berkembang. (Pixlab.com) Manusia tentunya memiliki kelebihan dibandingkan dengan hewan lain yakni pikiran, dengan pikiran manusia bisa melakukan hal yang sulit menjadi mudah, membuat hal yang kreatif dan inovatif, berimajinasi, berlogika, mempelajari hal baru dan masih banyak yang lainnya. Sejauh ini peradaban diciptakan oleh manusia dari masa-masa, manusia mempelajari hal baru dan ilmi-ilmu baru. Berbicara tentang pemikiram ini tentunya adalah hal yang unik, karena setiap orang memiliki tin...

Buat Apa Kita Belajar

Pertanyaan ini sebetulnya adalah pertanyaan yang kurang kerjaan, tetapi memang perlu kita pikirkan bersama. Memang sudah jelas tujuan belajar adalah menjadi orang yang pintar. Tetapi menurut saya itu bukan jawaban yang tepat. mengapa itu bukan jawaban yang tepat, karena kita harus lihat dulu tujuan dari belajar itu sendiri. Jujur saya orang yang senang belajar tetapi saya kurang suka pelajaran di sekolah, karena orientasinya hanya sekedar nilai. Mungkin ini tidak sesuai dengan stigma masyarakat. (Pixabay.com) Kita tentunya harus mengubah tujuan dari belajar. Jika kita belajar rajin mengerjakan PR, rangking satu, ujian selalu baik tentunya itu adalah anak yang pintar. Padahal itu bukan orang yang pintar, tetapi dia hanya ingin dipandang baik masyarakat (sekolah) makanya harus rajin agar dipuji oleh banyak orang. Jika kamu merasa puas ketika dipuji karena rangking satu tentunya sangat puas. Tetapi puasnya hanya cukup disitu saja. Setelah ia puas maka ya sudah pelajaran yang telah lalu di...